Wanita Mulai Jadi Kurir Bahan Peledak ke Indonesia
Jumat, 17 Februari 2006 16:12 WIB
Jakarta (ANTARA News) - Para wanita diduga mulai dipakai oleh
kelompok tertentu untuk mengirim bahan peledak dari Malaysia ke Indonesia
lewat Kalimantan, kendati belum ada indikasi bahan peledak itu dipakai
untuk kegiatan terorisme.
"Ada indikasi wanita dipakai kelompok tertentu untuk mengirim bahan
peledak karena polisi sudah dua kali menangkap wanita yang terlibat
pengiriman barang berbahaya ini dari Malaysia ke Indonesia," kata Wakil
Kepala Divisi Humas Mabes Polri Brigjen Pol Anton Bachrul Alam di Jakarta, Jumat.
Ia mengatakan, polisi masih menelusuri alur peredaran bahan peledak
itu, apakah ada kaitannya dengan kasus terorisme atau bahan peledak itu
dipakai untuk bom ikan.
Dikatakannya, pengiriman bahan peledak terakhir yang digagalkan adalah
pada 10 Pebruari 2005 dengan tersangka Remi (27) dan Hj Salmah.
Kejadian ini bermula ketika Polres Nunukan, Kaltim menangkap Remi
karena membawa dua tas besar berisi tiga ribu detonator merk IDL buatan
India dan 1.706 meter sumbu ledak saat akan naik kapal di Nunukan menuju
Sulawesi Selatan.
Remi mengaku bahwa ia hanya disuruh oleh Hj Salmah untuk membawa
barang dari Tawau, Sabah, Malaysia menuju Sulawesi Selatan.
Hj Salmah lalu ditangkap di Pare-Pare oleh petugas Polda Kaltim dan
Polda Sulsel. Di rumah Hj Salamah, polisi menemukan 19 karung aluminium
nitrat, 597 detonator dan 9 kg potassium
Kedua tersangka yang kini ditahan di Mapolda Kaltim itu dijerat dengan
UU Darurat No 12 tahun 1951 tentang bahan peledak.
Oktober 2005 lalu, Polda Kaltim juga menangkap satu pria dan tiga
wanita yang kedapatan membawa bahan peledak di pelabuhan Nunukan.
"Saat itu, Hj Salmah keburu kabur saat ditangkap namun kali ini
berhasil ditangkap berkat pengakuan Remi," ujar Anton Bachrul Alam.
Menurut Anton, polisi masih menyelidiki apakah bahan peledak ini
terkait dengan aksi terorisme yang pernah terjadi di Indonesia termasuk
jaringan Noordin M Top.(*)