Semarang (ANTARA News) - Jumain (55), sosok pria sederhana bertubuh gempal dan berkulit legam yang biasa "mangkal" di kawasan Pantai Marina, Semarang, sesungguhnya adalah mantan atlet nasional.

Dayung merupakan cabang olahraga yang diikutinya dalam berbagai kejuaraan, baik tingkat nasional maupun internasional. Banyak medali yang berhasil diraihnya, mulai perunggu sampai emas, belum termasuk sertifikat.

Berbagai negara sudah pernah disinggahinya, di antaranya Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, hingga Hongkong, China. ajang SEA Games XV pada 1989 di Malaysia menjadi saksi tim dayungnya meraih dua medali emas.

Namun, suami Suliyati (53) itu kini menjadi penjaga kapal di Pantai Marina, Semarang.

Ditemui di sela kesibukannya menjaga kapal, ia menceritakan, ada dua kapal yang dijaganya, satu milik orang Korea dengan upah Rp500 ribu/bulan dan satunya milik seorang pengusaha jamu dengan upah kurang lebih sama.

"Ya cuma menjaga saja, saya bersihkan dan rawat. Lumayan mencukupi kebutuhan sehari-hari," kata pria yang setiap hari naik sepeda dari rumahnya di kawasan Tawang Ngaglik Lor menuju Pantai Marina, Semarang.

Pria kelahiran Semarang, 6 Agustus 1956 itu ternyata masih menyimpan medali-medali dan piala yang diraihnya dalam berbagai kejuaraan dayung di rumahnya, Tawang Ngaglik Lor RT 01/RW 6, Tawang Mas, Semarang Barat.

Di rumah sederhananya itu, ia menunjukkan banyak medali dan piala yang menjadi kebanggaan dan kenangannya saat masih menjadi atlet. Semua masih bersih dan terbungkus plastik, namun tak dipajang di salah satu sudut rumahnya.

Ia mengakui, perhatian pemerintah terhadap para atlet olahraga masih minim, meski atlet itu berkali-kali menyabet emas dalam berbagai kejuaraan.

Setidaknya, kata dia, ada 45 medali yang berhasil diraihnya, seperti juara "World Invitational Championship Event" pada 1996, "Hongkong Dragon Boat Festival International Race" pada 1989, di Hongkong, China.

Medali yang paling berkesan, kata Jumain yang belum memiliki anak itu, medali emas SEA Games XV di Kuala Lumpur, Malaysia, pada 1989, untuk kategori "traditional boat" (14 rowers) 800 meter dan 1.500 meter.

Ia berharap, pemerintah lebih memerhatikan nasib para atlet yang berjuang mengharumkan nama bangsa, apalagi sampai kancah internasional, terutama nasib mereka setelah "pensiun" sebagai atlet karena usia.

"Kalau saya biarlah seperti ini, mau apalagi, sudah tua. Tetapi, atlet-atlet muda yang tengah berjuang mencetak prestasi harus lebih diperhatikan, minimal diberi pekerjaan setelah tidak lagi bisa bertanding," kata Jumain.
(ANT)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011