Islamabad (ANTARA News) - Sekitar 2.000 warga Pakistan berdemonstrasi di luar gedung parlemen pada Jumat menuntut diakhirinya serangan-serangan pesawat tak berawak AS, dan mengklaim mereka membunuh lebih banyak warga sipil yang tak bersalah daripada pemimpin Taliban dan Al Qaida.

Pahlawan kriket Imran Khan yang kini tampil sebagai politisi memimpin aksi di Islamabad, yang dihadiri oleh sebagian besar anggota partai Tehreek-e-Insaf (Gerakan untuk Keadilan), yang bersiap-siap untuk maju dalam pemilihan umum pertama, lapor AFP.

Puluhan suku dari Waziristan, di mana sebagian besar serangan pesawat tak berawak itu terkonsentrasi, juga menghadiri demonstrasi damai.

Beberapa orang muda di kerumunan itu membakar sebuah model pesawat dari kayu, menari-nari dan berteriak "Tidak ada serangan pesawat tak berawak lagi", "Tidak untuk pesawat tak berawak, tidak untuk Amerika Serikat", sambil membawa tanda-tanda besar bertuliskan "Hentikan serangan pesawat tak berawak di Pakistan".

Pada Kamis, para pejabat Pakistan mengatakan dua serangan pesawat tak berawak AS menewaskan sedikitnya 10 gerilyawan di Waziristan, termasuk saudara seorang komandan lokal Taliban yang mengirim para pejuang melintasi perbatasan untuk melawan Amerika di Afghanistan.

Di bawah Presiden Barack Obama, Amerika Serikat telah secara drastis meningkatkan serangan pesawat tak berawak, dan menolak untuk membahas secara terbuka, membunuh para prajurit selain Taliban dan para komandan Al Qaida yang aktif di Afghanistan.

"Amerika Serikat mengatakan Pakistan adalah negara teroris, namun mereka datang dan membunuh di Pakistan: maka merekalah yang sebetulnya teroris" kata Nawad Kayani, 28 tahun, seorang aktivis dan pengusaha Khan di kota kembar ibu kota Rawalpindi.

"Kami datang ke sini untuk mendukung orang Waziri: 90 atau 95 persen dari korban pesawat tak berawak adalah warga sipil tak berdosa. Pemerintah kita hanya boneka diarahkan oleh Amerika, mereka hanya penyemir sepatu Amerika," tambahnya.

Terdapat perasaan anti-Amerikanisme yang meluas di Pakistan meskipun ada persekutuan pemerintah dengan perang yang pimpinan AS terhadap teror, dan menentang terhadap serangan, meskipun serangan-serangan itu tidak pernah memobilisasi gerakan publik secara luas. (AK)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011