Gaza (ANTARA News) - Pejuang Gaza menembakkan sejumlah roket ke Israel selatan, Senin, dalam insiden yang menguji gencatan senjata rapuh yang ditengahi Mesir setelah kekerasan menewaskan 12 orang Palestina dan seorang warga Israel sejak akhir pekan.

Seorang juru bicara militer Israel mengatakan, empat roket menghantam daerah-daerah Ashkelon dan Beersheba ketika hari mulai gelap pada Senin, sementara sebuah roket kelima disergap oleh sistem pertahanan rudal Israel yang kata beberapa saksi menimbulkan ledakan keras, lapor Reuters.

Tidak ada korban yang dilaporkan dalam insiden terakhir itu.

Israel, yang menyatakan menyerang regu penembak roket, membunuh dua gerilyawan dalam serangan udara di Gaza selatan pada Senin dinihari.

Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, dalam pernyataan kepada parlemen pada pembukaan sidang musim dingin, mengatakan, Israel akan menggunakan kekuatannya terhadap gerilyawan.

Belum ada pihak yang mengklaim bertanggung jawab atas penembakan roket pada Senin itu. Lebih dari tiga lusin roket yang ditembakkan ke Israel sejak akhir pekan diklaim oleh kelompok pejuang Jihad Islam.

Sembilan korban tewas dalam serangan Israel pada Sabtu adalah pejuang dari Brigade Al-Quds, sayap bersenjata Jihad Islam.

Satu korban tewas dalam serangan Israel pada Minggu diidentifikasi sebagai Ahmed Jarghun, seorang pejuang sayap bersenjata Front Demokratis bagi Pembebasan Palestina (DFLP).

Daerah sekitar perbatasan Gaza relatif tenang selama beberapa pekan setelah gelombang kekerasan pasca serangan gerilya 18 Agustus di Israel selatan yang menewaskan delapan orang Israel.

Para pejabat Israel mengatakan, pelaku serangan itu berasal dari Jalur Gaza dan menyeberang ke wilayahnya dekat kota pesisir Laut Merah Eilat melalui Semenanjung Sinai Mesir.

Lima personel keamanan Mesir dan tujuh orang bersenjata juga tewas dalam kekerasan pada hari itu.

Suasana memanas antara Hamas dan Israel sejak serangan lintas-batas itu. Sejumlah orang Palestina tewas dalam gempuran-gempuran udara Israel ke Gaza setelah itu.

Bulan Juli terjadi kenaikan dalam serangan roket dan proyektil lain yang ditembakkan dari Gaza ke Israel, mengakhiri bulan-bulan tenang setelah meletusnya kekerasan pada April ketika sebuah rudal anti-tank menghantam bis sekolah Israel, yang menewaskan seorang remaja.

Israel membalas serangan itu dengan gempuran udara yang menewaskan sedikitnya 19 orang Palestina dalam kekerasan mematikan sejak ofensif 22 hari di Gaza pada Desember 2008 hingga Januari 2009.

Israel meluncurkan perang 22 hari itu dengan dalih untuk menghentikan serangan-serangan roket dan mortir.

Jumlah serangan dari wilayah kantung Palestina itu mengalami penurunan dramatis sejak perang itu, meski sepanjang tahun 2010 hampir 200 roket ditembakkan ke Israel, kata militer.

Jalur Gaza, kawasan pesisir yang padat penduduk, diblokade oleh Israel dan Mesir setelah Hamas berkuasa empat tahun lalu.

Israel menggempur habis-habisan Jalur Gaza dua tahun lalu dengan dalih untuk menghentikan penembakan roket yang hampir setiap hari ke wilayah negara Yahudi tersebut.

Operasi "Cast Lead" Israel itu, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang Palestina yang mencakup ratusan warga sipil dan menghancurkan sejumlah besar daerah di jalur pesisir tersebut, diklaim bertujuan mengakhiri penembakan roket dari Gaza. Tiga-belas warga Israel, sepuluh dari mereka prajurit, tewas selama perang itu.

Proses perdamaian Timur Tengah macet sejak konflik itu, dan Jalur Gaza yang dikuasai Hamas masih tetap diblokade oleh Israel.

Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.

Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas. Kini kedua kubu tersebut telah melakukan rekonsiliasi.

Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011