Bukittinggi (ANTARA) - Seorang warga Kota Bukittinggi Evi Ratna Setia (50) menyediakan ratusan hingga hampir 1.000 paket pabukoan atau makanan berbuka puasa secara gratis, seperti nasi bungkus dan takjil, untuk masyarakat yang membutuhkan.

Bertempat di Jalan Sukarno Hatta Kota Bukittinggi, Sumatera Barat, Evi Ratna Setia dibantu keluarga dan tetangganya serta warga berkebutuhan khusus, membagi-bagikan pabukoan itu kepada warga lainnya setiap hari.

Ratusan masyarakat dari berbagai daerah sekitar Bukittinggi dan Agam terlihat mengantre rapi sejak satu jam sebelum masuk waktu berbuka.

Pembagian makanan berbuka itu mendapat perhatian dari seluruh warga yang melintasi ruas jalan Bukittinggi ke Payakumbuh hingga membuat masyarakat penasaran dan ikut mengantre.

Evi menyalurkan bantuan berupa makanan berbuka, khususnya nasi bungkus, yang diperoleh dari kumpulan bantuan donatur yang digalangnya sejak beberapa tahun lalu.

"Alhamdulillah, dengan dukungan penuh dari keluarga dan tetangga, pembagian pabukoan berjalan lancar setiap harinya. Kami saling membantu, ada yang mengatur lalu lintas dan parkiran, mengatur antrean penerima pabukoan, menerima bungkusan pabukoan dari donatur dan membagikannya," kata Evi di Bukittinggi, Minggu.

Menurutnya, mereka yang membantu tidak diberikan upah sedikitpun dan rela berpeluh setiap harinya guna membantu penyaluran ke warga yang mengantre.

"Semua berlomba memberikan pelayanan terbaiknya, berharap hanya pahala dari Allah. Ratusan, bahkan seribuan bungkus nasi dan takjil datang dari donatur yang berasal dari pelosok Bukittinggi dan Agam. Mereka berdatangan mengantarkan sedekah terbaik mereka, tanpa ingin diungkapkan identitasnya, biarlah hanya Allah yang mencatat dan membalasnya," katanya.

Pembagian menu berbuka yang dia prioritaskan nasi bungkus itu sudah dilakukan sejak tiga tahun lalu. Donaturnya adalah orang-orang baik yang hanya mau disebut sebagai hamba Allah. Para donatur itu mengirimkan makanan langsung dan ada juga berupa uang yang ditransfer.

Pembagian makanan berbuka pada tahun ini terlihat lebih ramai karena tahun sebelumnya aturan keramaian sangat ketat di seluruh daerah, termasuk di Kota Bukittinggi.

"Tahun sebelumnya ada aturan ketat, sehingga kami langsung memberikan paket bantuan kepada warga setiap kali donatur mengantarkan bantuannya," ujarnya.

Langkah itu terasa tidak rata dan kurang adil karena terkadang beberapa warga ada yang berulang-ulang mengambil bantuan.

Karena itu, saat ini menunya dibagikan mulai pukul 17.30 WIB atau sejam sebelum waktu berbuka. Warga terpaksa harus mengantre agar semua rata mendapatkan makanan itu.

Evi mengatakan jumlah donatur akan lebih banyak setiap hari Jumat hingga jumlah warga yang mengantre juga lebih ramai.

Di luar Ramadan, Evi  juga aktif menyalurkan bantuan makanan gratis dengan program "Jumat Berkah Berbagi". Karena itu, pada Hari Jumat donatur yang menyumbang juga lebih ramai dibandingkan dengan hari lain.

Donatur yang akan menyumbang tidak dibatasi dan tidak diharuskan memberikan bantuannya berupa apa, namun selama Ramadahn Evi menyarankan berupa nasi bungkus.

Karena banyak warga yang butuh makanan nasi bungkus untuk berbuka puasa, sebagian donatur juga merupakan warga yang berjualan takjil.

Pembagian menu makanan ini selalu habis setiap harinya. Evi berusaha menyalurkan dengan adil hingga semua pengantre mendapatkan jatah, tanpa terkecuali.

Dengan imbauan "Siapapun boleh mengisi, Siapapun boleh mengambil", Evi membuka kesempatan pada siapapun donatur atau penerima, salah satunya melalui media sosial.

Perempuan itu mengaku sempat juga khawatir apakah menu yang dibagikan itu mencukupi, melihat ramainya masyarakat yang datang. Ia bersyukur karena aktivitasnya berjalan lancar dan semua yang datang mendapatkan jatah bungkusan makanan.

Eka, saudara Evi, mengungkapkan, awal pembagian menu makanan itu dirintis di rumah keluarga besar mereka yang bernama GON 88, yang diawali dengan membagi-bagikan makanan kepada kerabat dan warga sekitar.

"Dari rumah tua keluarga Ema Mukhlis, kami berembuk hingga akhirnya sampai sekarang rezeki itu datang dari donatur untuk seluruh warga yang datang ke sini," katanya.

Bantuan juga dilakukan dengan cara menggalang donasi kepada sekolah yang terbakar atau warga yang berkekurangan.

Syafrinaldi, salah seorang warga yang mengantre dan bekerja sebagai pengendara ojek dalam jaringan atau daring mengatakan hampir setiap hari ia datang ke tempat pembagian menu berbuka tersebut.

"Sangat membantu kami, semoga pemberian makanan ini menjadi amal pahala bagi para donatur yang terlibat," kata dia.

Menurut Syafrinaldi, ia harus datang setelah shalat ashar agar tidak terlalu lama saat mengantre.

"Apalagi cuaca cukup terik dan dalam waktu Ramadhan, mendapatkan satu bungkus makanan dan minuman untuk berbuka, saya sangat bahagia," ujar dia.

Pembagian menu berbuka ini juga direncanakan akan dilanjutkan dengan pembagian Paket Lebaran. Evi berharap adanya ketertarikan dari para donatur dan pengusaha untuk merealisasikannya nanti.

"Semoga keinginan itu terwujud, semoga rezeki donatur dilipatgandakan oleh Allah Subhahu wata'alaa. Aamiin," katanya, berharap.

Pembagian takjil atau menu berbuka puasa menjadi pemandangan biasa saat Ramadhan. Berbagai kelompok sosial masyarakat atau lembaga dan partai politik seperti berpacu melakukannya.

Namun apa yang dilakukan Evi bersama para donatur yang terlibat, menjadi pembeda karena dilakukan berkelanjutan dan dengan jumlah penerima yang nyaris seribu setiap harinya.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2022