Washington (ANTARA News/AFP) - Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Amerika Serikat (AS), John Boehner, memperingatkan bahwa penarikan tentara negaranya dari Irak dan Afghanistan secara tergesa-gesa, yang dikatakannya mungkin dipicu manfaat politik akibat keprihatinan keamanan.

Saat ditanya tentang berita "Wall Street Journal" bahwa AS mungkin merencanakan menggeser lebih cepat dari yang dijadwalkan ke peran pendukung di Afghanistan, Boehner mendesak Presiden AS, Barack Obama, memperhatikan nasehat panglima tentaranya.

"Tujuan di Afghanistan adalah memastikan bahwa teroris tidak memiliki tempat aman untuk merencanakan, menyasar dan melancarkan serangan terhadap orang Amerika Serikat di sini dan luar negeri," katanya kepada wartawan.

Boehner mencatat, langkah Obama menarik semua pasukan tempur AS dari Irak pada akhir tahun ini dan memperingatkan bahwa ada kesenjangan lebar dalam kemampuan Irak melindungi diri, terutama dari tetangga mereka di timur, Iran.

"Dalam kedua masalah itu, saya hanya berpikir bahwa kami sudah menanam modal sangat banyak dan begitu banyak nyawa pemuda AS, yang harus diperhatikan sungguh-sungguh akan kehilangan keuntungan, karena seseorang ingin lebih bijaksana," katanya.

Sejumlah 4.483 tentara AS tewas di Irak sejak serbuan pimpinan negara adidaya itu pada 2003 untuk menggulingkan Presiden Saddam Hussein.

Di Afghanistan, sebanyak 1.831 tentara AS tewas sejak serbuan pimpinan negara adidaya itu pada 2001 untuk menggulingkan pemerintah Taliban, yang tak mau menyerahkan pemimpin Al Qaida, Osama bin Laden, yang dituduhnya mengotaki serangan atas negara besar tersebut pada 11 September 2001.

Sebanyak 13 orang AS, termasuk dalam 17 orang tewas sesudah pembom mobil Taliban, menyerang iring-iringan pasukan Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) di ibu kota Afghanistan pada akhir Oktober 2011 dalam salah satu serangan paling mematikan terhadap pasukan asing pada lebih dari satu dasawarsa perang.

Penyerang itu meledakkan sedan Toyota-nya di sebelah bus tentara AS dalam perjalanan melalui Kabul baratdaya di dekat reruntuhan istana Dar-ul-Aman pada pukul 11.20 (13.50 WIB), dalam gelombang terkini serangan bergengsi.

Serangan itu paling mematikan bagi sekutu tersebut sejak kematian 30 tentara Amerika Serikat, termasuk 25 anggota pasukan khusus, yang helikopternya ditembak jatuh pada tengah Agustus di selatan Kabul di propinsi Wardak.

Selama beberapa bulan belakangan, serangkaian serangan di ibu kota itu menunjukkan ketahanan Taliban, lebih dari sepuluh tahun setelah gerakan keras itu digulingkan dari kekuasaan oleh serangan pimpinan Amerika Serikat.

Delapan kejadian besar lain menghantam Kabul sejak awal tahun ini, termasuk serangan atas gugus hotel mewah, yang menewaskan 21 orang pada Juni, pemboman jibaku maut di pusat budaya Inggris dan pengepungan kedutaan besar Amerika Serikat serta markas besar NATO, yang menewaskan sedikit-dikitnya 14 orang dalam pengepungan 19 jam.

Pembunuhan atas ketua perantara perdamaian pemerintah, mantan Presiden Burhanuddin Rabbani, pada bulan lalu juga di Kabul, menggarisbawahi kerentanan ibu kota itu saat pendukung Barat Kabul mendorong cara mengakhiri perang dan menarik pasukan tempur mereka pada akhir 2014.

Seluruh pasukan tempur dijadwalkan pergi dari Afghanistan pada akhir 2014, kendati ribuan dari mereka diperkirakan tinggal untuk melatih dan mendampingi pasukan setempat.
(Uu.B002/H-AK)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011