Jakarta (ANTARA) - Guru Besar IPB University Bungaran Saragih menyatakan industri perunggasan nasional saat ini tidak berdaya saing dan berkelanjutan sehingga diperlukan perubahan yang fundamental atau mendasar.

Dalam sebuah webinar di Jakarta, Rabu mantan Menteri Pertanian itu mengakui industri perunggasan dalam negeri saat ini sudah mengalami pertumbuhan namun masih lemah, tidak berdaya saing dan berkelanjutan.

"Kalau tidak hati-hati maka industri ini akan mengalami kesulitan tak lama lagi. Sudah tumbuh tapi tak ada jaminan berkelanjutan kalau tak ada perubahan fundamental dalam industri ini," ujarnya.

Bungaran mengungkapkan industri unggas nasional seperti bayi tumbuh jadi anak dan orang dewasa yang memiliki badan besar tetapi struktur lemah. Oleh karena itu daya saingnya jadi lemah.

Hal itu, tambahnya, dalam webinar bertajuk "Memperkuat Resiliensi Industri Perunggasan" tak akan menjadikan industri perunggasan nasional berkelanjutan kalau tidak cepat ditanggulangi.

Bungaran mengungkapkan struktur agribisnis perunggasan nasional tidak efisien, mulai dari hulu, penyediaan pakan, obat-obatan, sumber bahan baku, kepada hilir bahkan hingga konsumen.

Hal itu disebabkan masih tingginya ketergantungan terhadap produk impor baik pakan, obat-obatan hingga bibit sehingga harga ditentukan oleh negara lain dan mudah mengalami gejolak. Kemudian industri perunggasan, masih berorientasi ke Jawa dan Sumatera, belum Indonesia seluruhnya.

"Kita negara kepulauan tapi unit bisnis kita terkonsentrasi di Jatim, Jabar, Jateng, Jakarta, Sumatera utara.Sekarang harus berubah, manfaatkan Kalimantan, Sulawesi, Papua," katanya.

Dikatakannya, kalau tidak dibuat perubahan struktur agribisnis perunggasan yang berbasis pulau Jawa dan sebagian kecil Sumatera, maka kondisinya terus seperti saat ini, padahal penduduk bertambah, konsumsi per kapita bertambah dan akan besar permintaan dalam ngeri.

"Kalau tidak bisa dipenuhi dari dalam negeri akan tinggi tekanan impor, dan makin tinggi impor bahan baku maupun maupun produk maka akan mengalami kesulitan," katanya

Industri unggas nasional harus lebih terdesentralisasi, sesuaikan dengan negara kita sebagai negara kepulauan. kalau mau resilient menghadapi tantangan

Kemudian kerjasama win win antara pengusaha, peternak dan pemerintah masih perlu diperkuat karena kerjasama yang kurang baik menjadikan salah satu sumber inefesiensi dan lemah daya saing.

Guru besar fakultas Ekonomi Majanamen IPB University Rachmat Pambudy menambahkan untuk meningkatkan efisiensi dan daya saing industri perunggasan nasional maka perlu regulasi dari pemerintah.

"Kalau mau resilient peraturan harus diarahkan ke sana. Regulasi harus arahkan ke tiga hal perbaiki struktur agribisnis tak efisien, tingkat daya saing dan pemerintah membuat kebijakan yang baik," katanya

Sementara itu Kepala Pusat Studi Pembangunan Pertanian dan Pedesaan IPB university Muladno menyatakan untuk memperkuat daya saing industri perunggasan dalam negeri diperlukan kerjasama dan kekompakan para pelakunya dari yang skala kecil hingga besar.

Saat ini, tambahnya, kondisi bisnis peternakan ayam tradisional, semrawut, posisi lemah, saling curiga sehingga pemerintah bingung yang mau dibantu yang mana.

"Tidak bisa sendiri-sendiri, harus kompak. agar pemerintah saat membantu peternak kecil tidak salah sasaran,peternak kecil yang mandiri harus kolektif," katanya.


Baca juga: Pemerintah pacu pengembangan industri unggas via modernisasi budi daya

Baca juga: Kementan upayakan stabilisasi perunggasan demi lindungi peternak


 

Pewarta: Subagyo
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2022