Kulon Progo (ANTARA News) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta, mengimbau kepada masyarakat yang tinggal di Perbukitan Menoreh untuk meninggalkan rumah jika terjadi hujan di atas tiga jam dengan intensitas tinggi.

"Hingga pagi ini, kami belum mendapat laporan adanya tanah longsor di wilayah utara khususnya di Girimulyo. Meski demikian, kami mengimbau masyarakat untuk meninggalkan rumah jika hujan lebat di atas tiga jam mengingat kondisi tanah yang sangat labil dan memiliki potensi yang tinggi terjadi tanah longsor," kata Kepala Pelaksana BPBD Kulon Progo Untung Waluyo di Wates, Senin.

Ia mengatakan, selain Kecamatan Girimulyo, BPBD juga mengimbau masyarakat di Kecamatan Nanggulan dan Kalibawang untuk lebih waspada terhadap terjadinya angin puting beliung karena dua kecamatan ini setiap tahunnya terjadi gangguan tersebut.

"Untuk itu, kami mengimbau kepada masyarakat di Kecamatan Nanggulan dan Kalibawang yang sekeliling rumahnya terdapat pohon besar hendaknya dipangkas dengan tidak melebihi ketinggian rumah. Dikhawatirkan kalau terjadi angin kencang, pohon tersebut dapat tumbang," kata dia.

Adapun titik wilayah yang memiliki potensi terjadinya tanah longsor, angin puting beliung dan banjir, menurut dia, berdasarkan prakiraan Badan Meteorlogi dan Geofisika DIY, Kulon Progo memiliki potensi besar terjadinya banjir khususnya di wilayah utara seperti Kalibawang dan Samigaluh.

"Berdasarkan prakiraan BMG kecamatan yang memiliki potensi terjadinya banjir yakni Kecamatan Samigaluh dan Kalibawang, potensi menangah meliputi Kecamatan Galur, Girimulyo, Kalibawang, Kokap, Lendah, Nanggulan, Panjatan, Pengasih dan Sentolo. Kecamatan yang memiliki potensi banjir rendah yakni sebagaian Kecamatan Pengasih, Kokap, Wates dan Temon. Kami tidak percaya 100 persen hasil prakiraan BMG, meski demikian kami telah mengirim surat edaran di setiap kecamatan untuk siap-siaga menanggulangi bencana," kata dia.

Ia mengatakan, Kecamatan Girimulyo, terdapat empat desa yang masuk zona merah daerah rawan tanah longsor yakni Desa Jatimulyo, Purwosari, Giripurwo dan Pendoworejo.Dua desa dari empat desa tersebut yang paling rawan dan memiliki potensi bencana tanah longsor paling tinggi yakni Desa Jatimulyo dan Purwosari.

"Kami telah melakukan sosialiasi ke warga di empat desa tersebut untuk tanggap darurat bencana. Selain itu, kami juga sudah mengeluarkan imbauan supaya kalau terjadi hujan lebat meninggalkan rumah untuk mengungsi untuk menghindari terjadinya korban nyawa," katanya.

Ia mengatakan, di Desa Jatimulyo dan Purwosari terdapat retakan tanah yang sangat panjang dan lebar. Kasus pertama yakni retakan tanah di pedukuhan Ngaglik sampai pedukuhan Panggung, Desa Purwosari dengan panjang 800 meter dengan lebar retakan antara delapan hingga 10 sentimeter.

"Retakan tanah tersebut mengancam delapan kepala keluarga jika terjadi hujan deras sehingga menyebabkan tanah longsor," katanya.

Retakan tanah yang kedua, kata dia, terjadi di dusun Ngroto, Desa Purwosari dengan panjang satu kilometer dan lebar retakan antara delapan hingga 10 sentimeter. Akibat retakan tanah tersebut mengancam 40 kepala keluarga saat musim hujan.

"Untuk mengantisipasi terjadinya tanah longsor, kami juga telah meminta warga untuk menutup tanah retak supaya tidak semakin parah," katanya.

Selain itu, ia mengatakan, kecamatan yang memiliki potensi terjadi tanah longsor yakni Kecamatan Kokap. Sedikitnya 80 kepala keluarga, rumahnya terancam tertimbun tanah longsor akibat penambangan batu andesit.

"Kami juga mengimbau kepada warga di dusung Plampang Desa Kalirejo segera mengungsi jika terjadi hujan, mengingat kondisi medan yang sangat terjal dan susah dijangkau," kata dia. (ANT)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011