Madrid (ANTARA News) - Hakim pengadilan Spanyol hari Senin menjatuhkan hukuman 105 tahun penjara pada mantan komandan militer ETA Javier Garcia Gaztelu, alias "Txapote", karena pembunuhan seorang politikus Sosialis dan pengawalnya.

Txapote (45) dinyatakan bersalah dalam peledakan bom mobil yang menewaskan anggota parlemen daerah Basque Fernando Buesa dan pengawalnya, Jorge Diez, di kota Victoria, Spanyol utara, pada 22 Februari 2000, lapor AFP.

Dua orang lagi cedera dalam serangan itu.

Hukuman yang dijatuhkan tiga hakim Pengadilan Nasional, otoritas yudisial tertinggi, itu merupakan vonis pertama terhadap anggota kelompok itu sejak ETA pada 20 Oktober mengumumkan diakhirinya kekerasan dalam perjuangan mereka untuk mendirikan negara merdeka Basque.

Txapote, yang ditangkap di Prancis pada 2001, diserahkan kepada pengadilan Spanyol pada Desember 2007 setelah dijatuhi sejumlah hukuman berat puluhan tahun oleh pengadilan Spanyol karena serangkaian serangan.

Meski demikian, dalam praktik pelaksanaan hukuman penjara di Spanyol paling lama 40 tahun.

Kelompok separatis bersenjata Basque ETA pada 20 Oktober mengumumkan "penghentian tetap kegiatan bersenjatanya" setelah serangan-serangan bom dan penembakan selama empat dasawarsa untuk mendirikan sebuah negara merdeka di wilayah-wilayah Spanyol dan Prancis.

"ETA memutuskan penghentian tetap kegiatan bersenjatanya," kata kelompok itu dalam sebuah pernyataan yang diterbitkan dalam bahasa Basque, Spanyol, Prancis dan Inggris, di situs surat kabar Basque Gara.

"ETA mendesak pemerintah Spanyol dan Prancis membuka sebuah proses dialog langsung dengan tujuan mengatasi dampak konflik dan konfrontasi bersenjata," katanya.

Deklarasi itu menyoroti berakhirnya kelompok separatis besar keras terakhir di Eropa Barat yang dituduh bertanggung jawab atas kematian ratusan orang.

Madrid sejauh ini menolak melakukan dialog dengan kelompok itu, dengan menekankan bahwa mereka harus membubarkan diri secara sepihak tanpa pamrih.

Spanyol dan Prancis bekerja erat untuk menumpas ETA, yang bertanggung jawab atas kematian ratusan orang dalam perang gerilya 42 tahun mereka untuk mendirikan negara merdeka Basque di wilayah-wilayah Spanyol utara dan Prancis baratdaya.

ETA, yang beberapa waktu lalu memperingati setengah abad kelahiran mereka, dibentuk pada 31 Juli 1959 oleh sebuah kelompok nasionalis mahasiswa sayap kiri yang menentang kediktatoran sayap kanan Jendral Francisco Franco, yang menindas bahasa Basque.

Pasukan keamanan memperkirakan bahwa kelompok separatis itu, yang melemah akibat penangkapan para pemimpin tinggi mereka dan telah lama relatif tidak aktif, berusaha melakukan unjuk kekuatan untuk membuktikan bahwa mereka masih bisa melancarkan serangan terhadap pemerintah Spanyol dan menjaga semangat para pendukungnya.

Meski sebagian besar penduduk Basque tampaknya mendukung kemerdekaan bagi wilayah pegunungan itu, yang sudah memiliki otonomi besar, dukungan bagi kekerasan menurun dalam beberapa tahun terakhir ini.

Serangan fatal yang dituduhkan pada ETA terjadi pada Juni 2009, ketika sebuah bom mobil menewaskan seorang polisi anti-teroris di kota Bilbao, Basque.

ETA dituduh bertanggung jawab atas kematian lebih dari 850 orang dalam operasi kekerasan mereka selama puluhan tahun untuk kemerdekaan Basque.

Para analis mengatakan, ETA kehilangan dukungan bagi perjuangan mereka melalui kekerasan, namun pengumpulan pendapat umum menunjukkan mayoritas penduduk Basque mungkin masih menginginkan kemerdekaan wilayah itu dari Spanyol.

Pada April 2010, polisi menangkap tersangka komandan utama ETA Jurdan Martitegi, sehingga jumlah komandan mereka yang ditangkap menjadi empat orang dalam waktu kurang dari setahun. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011