Timika (ANTARA News) - Anggota DPRD Mimika, Papua, Muslihuddin meminta Polri berani mengungkap secara terang-benderang siapa dalang berbagai aksi teror penembakan di areal PT Freeport selama ini.

Berbicara kepada ANTARA di Timika, Selasa, Muslihuddin mengatakan polisi jangan hanya membuat pernyataan bahwa pelaku penembakan terhadap karyawan PT Freeport, Petrus Ayamiseba di Terminal Gorong-gorong pada Senin (10/10) sudah "dikantongi" atau diketahui, tetapi juga harus berani membeberkan secara rinci ke publik identitas pelaku.

"Kami minta polisi agar buka ke publik kalau memang mereka sudah tahu. Jangan sekedar` dikantongi `atau sengaja ditutup-tutupi. Mereka harus berani ungkap hal itu secara jelas supaya publik tahu," tutur Muslihuddin, wakil rakyat dari Partai Keadilan Sejaahtera (PKS).

Ia mengatakan, dengan terus berlangsungnya aksi teror penembakan oleh orang tak dikenal di areal Freeport hingga saat ini,maka situasi itu menimbulkan terjadi kecurigaan dan saling tuding.

Tuduhan terutama dialamatkan oleh masyarakat kepada aparat keamanan, dalam hal ini Polri dan TNI sebagai dalang dari berbagai aksi teror penembakan yang terjadi di areal PT Freeport selama kurun waktu tiga tahun terakhir sejak Juli 2009.

"Karena selama ini pelakunya tidak pernah diungkap secara transparan akhirnya kasus-kasus yang ada menjadi simpang siur sehingga ada tuduhan dari masyarakat kepada aparat keamanan," tutur Muslihuddin.


Jangan Tutupi

Ia meminta Polri berani membeberkan secara terbuka identitas pelaku penembakan, bukan sebaliknya sengaja ditutup-tutupi sehingga semua pelanggaran kemanusiaan yang terjadi selama ini menjadi serba kabur dan pada akhirnya hilang tanpa bekas seiring dengan berjalannya waktu.

Menurut Muslihuddin, negara melalui aparat keamanan (Polri dan TNI) tidak boleh melakukan pembiaran terhadap kelompok atau gerombolan bersenjata yang terus melakukan serangkaian aksi teror penembakan karena tindakan mereka sudah sangat meresahkan karyawan dan juga masyarakat Mimika seluruhnya.

Menyinggung tentang maraknya aksi sabotase berupa pemotongan pipa penyalur konsentrat milik PT Freeport Indonesia di kawasan dataran rendah Mimika selama berlangsungnya aksi mogok karyawan PT Freeport, Muslihuddin berharap aparat keamanan dapat mencegah tindak kriminal tersebut dan tidak melakukan proses pembiaran.

Hanya saja, ia meminta aparat keamanan tidak serta-merta menangkap dan memproses masyarakat yang mendulang pasir konsentrat dari pipa-pipa yang bocor, terkecuali masyarakat sendiri yang secara sengaja merusak dan memotong pipa-pipa konsentrat tersebut untuk diambil butiran emasnya.

Selama periode Juli 2009 hingga Oktober 2011, telah terjadi puluhan kali kasus penembakan oleh orang tak dikenal di areal PT Freeport yang mengakibatkan 13 orang meninggal dunia dan lebih dari 40 orang mengalami luka-luka.

Teror penembakan serupa terjadi pada Senin (7/11) sekitar pukul 11.22 WIT di ruas jalan menuju Tembagapura, tepatnya di Mil 46. Gerombolan bersenjata tak dikenal memberondong truk milik PT Kuala Pelabuhan Indonesia (KPI) dan SA 07 dengan tembakan senjata api dari arah hutan sehingga mengakibatkan seorang anggota Satuan Pelopor Brimob, Briptu Marselinus yang bertugas sebagai Satgas Pengamanan PT Freeport tertembak pada bagian telinga kirinya. (E015/A011)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011