Jakarta (ANTARA) - Presidensi Indonesia di G20 tahun ini tampaknya menjadi momentum yang tepat untuk terus menggaungkan tren keberlanjutan (sustainability) yang dalam beberapa tahun terakhir terus menggema dan banyak diusung di banyak bidang, tidak terkecuali investasi.

Tidak hanya memberi manfaat bagi kelestarian lingkungan, investasi berkelanjutan (sustainable investment) juga dinilai memiliki peran besar dalam pemulihan ekonomi global, khususnya pascapandemi COVID-19 karena menciptakan kondisi yang ideal bagi seluruh dunia.

Implementasi investasi berkelanjutan dalam skala usaha kecil akan dapat turut berkontribusi dalam penggunaan sumber daya lingkungan sekitar, pemberdayaan warga lokal, dan pelestarian lingkungan.

Investasi berkelanjutan juga menjadi sarana yang signifikan untuk mendorong pencapaian target Sustainable Development Goals (SDGs/Tujuan Pembangunan Berkelanjutan).

Lebih lanjut, investasi berkelanjutan juga akan menjadikan investasi asing global lebih tangguh dari berbagai guncangan dan tantangan di masa depan.

Khusus tahun 2022, melalui Presidensi Indonesia di KTT G20, investasi berkelanjutan terus didorong agar bisa secara masif terealisasi.

Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan Presidensi Indonesia dalam KTT G20 tahun ini harus benar-benar dimanfaatkan untuk bisa mewujudkan visi transformasi ekonomi.

Pasalnya, dalam Presidensi G20 2022, Indonesia mengusung tiga prioritas utama yakni arsitektur kesehatan global, transformasi ekonomi berbasis digital, dan transisi energi, yang punya keterkaitan erat dengan isu keberlanjutan.

"Yang jadi fokus pemerintah Indonesia dalam memanfaatkan momentum G20, pertama, kita akan mendorong investasi berkelanjutan, investasi yang inklusif," katanya.

Bahlil pun menegaskan Indonesia akan fokus mempromosikan peluang investasi yang akan mendukung visi transformasi ekonomi dalam Kelompok Kerja Perdagangan, Investasi, dan Industri (Trade, Investment and Industry Working Group/TIIWG).

"Kuncinya adalah, tetap kita akan masuk green energy, green industry dan blue economy. Jadi, lingkungan harus jadi bagian dari solusi untuk membangun investasi yang berkelanjutan," katanya.


Tawarkan proyek

Lantas, langkah konkret apa yang dilakukan pemerintah untuk bisa menggenjot investasi berkelanjutan?

Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Investasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menawarkan 47 proyek investasi berkelanjutan senilai Rp155,12 triliun yang tersebar di sejumlah sektor yakni pariwisata, kawasan ekonomi, industri dan infrastruktur.

Secara rinci, proyek-proyek itu tersebar di 33 provinsi dengan rincian 9 proyek di Jawa, 11 proyek di Sumatera, 6 proyek di Kalimantan, 9 proyek di Sulawesi, 3 proyek di Bali dan Nusa Tenggara serta 9 proyek di Maluku dan Papua.

Ada pun sebarannya berdasarkan sektornya meliputi 12 proyek senilai Rp5,78 triliun di sektor pariwisata; 14 proyek senilai Rp48,25 triliun di kawasan ekonomi; 15 proyek senilai Rp51,92 triliun di sektor industri manufaktur; dan 6 sektor senilai Rp49,17 triliun di sektor infrastruktur.

Ke 47 proyek tersebut sudah memiliki pra studi kelayakan (pra feasibility study/pra FS) dan juga akan ditawarkan dalam rangkaian Presidensi G20 Indonesia 2022.

Dengan memegang Presidensi G20, Indonesia akan menggunakan kesempatan dan hak istimewa (privilege) untuk bekerja sama dengan Negara Anggota G20
lainnya dalam mendorong sinergi kebijakan dan agenda pemulihan ekonomi di sektor perdagangan, investasi, dan industri untuk mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs).

Upaya mendorong investasi berkelanjutan sendiri masuk dalam satu dari enam isu prioritas yang dibahas dalam Trade, Investment and Industry Working Group (TIIWG).

"Harapannya, Indonesia bisa ikut berkontribusi dalam tujuan kita mengambil partisipasi untuk SDGs, yang dicapai secara global pada 2030. Kegiatan investasi akan jadi proyek yang ditawarkan, impacted goals akan bisa kita evaluasi," kata Deputi Bidang Perencanaan Penanaman Modal Kementerian Investasi/BKPM Nurul Ichwan.


Belum atraktif

Meski dampak dan manfaatnya yang besar terhadap lingkungan, sosial dan tata kelola, investasi berkelanjutan faktanya masih belum banyak dilirik investor. Investasi berkelanjutan dinilai masih belum atraktif secara ekonomi.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menilai imbal hasil (return) yang kurang menarik menjadi salah satu tantangan pengembangan investasi berkelanjutan di Indonesia.

"Jadi sustainable project (proyek berkelanjutan) itu baik lingkungan atau sosial, itu memang masih relatif terbatas karena dinilai less profitable (kurang menguntungkan). Ini memang anggapan umum kalau bicara jangka pendek," katanya.

Faktor ekonomi memang tidak bisa dipungkiri menjadi faktor utama investor dalam menanamkan modalnya. Oleh karena itu, sangat wajar jika investor begitu masuk langsung melihat berapa imbal hasil yang bisa diraup. Dari situlah investor bisa menilai daya tarik investasi berkelanjutan dibandingkan investasi yang konvensional.

Namun, bukan hanya masalah imbal hasil, struktur pembiayaan khusus yang dibutuhkan untuk investasi berkelanjutan juga jadi pertimbangan bagi para investor.

"Kalau kita lihat sustainable project, apakah yang terkait environmental project, itu membutuhkan teknologi baru, large capital (modal besar), long term financing (pembiayaan jangka panjang) sehingga membutuhkan special financing structure dibanding yang konvensional. Ini kemudian yang memang bisa menjadi tantangan jangka pendek," ungkap Andry.

Di sisi lain, investasi berkelanjutan juga sangat membutuhkan dukungan pemerintah berupa insentif karena memiliki risiko faktor alam hingga kepastian hukum terkait masalah birokrasi.

Tantangan terakhir, yaitu identifikasi aset yang membutuhkan sistem informasi yang mumpuni. Khususnya di Indonesia, sistem informasi akan aset untuk pengelolaan investasi berkelanjutan masih sangat terbatas sehingga menjadi tantangan pengembangan investasi berkelanjutan.

Momentum Presidensi G20 Indonesia diharapkan tidak hanya sekadar menggaungkan investasi berkelanjutan atau tren berkelanjutan lainnya, namun, justru mengakselerasi implementasinya sehingga dampaknya bisa segera bisa dirasakan oleh semua pihak. Begitu pula proyek-proyek investasi yang ditawarkan diharapkan dapat terealisasi dan masyarakat Indonesia segera menikmati manfaatnya.

Baca juga: Imbal hasil jadi tantangan pengembangan investasi berkelanjutan
Baca juga: Investasi berkelanjutan ciptakan ekosistem dukung pemulihan global
Baca juga: Airlangga: Investasi ekonomi hijau dan biru bakal percepat pembangunan

 

Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2022