Jakarta (ANTARA News) - Penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia atau BI rate dari 6,50 persen menjadi 6,0 persen harus diikuti penurunan suku bunga kredit perbankan, sehingga pertumbuhan ekonomi tetap terjaga dari dampak krisis ekonomi di Eropa.

"Perbankan harus merespon segera dengan menyesuaikan suku bunga komersial agar sektor riil lebih ekspansif bekerja," kata pengamat ekonomi Ryan Kiryanto di Jakarta, Kamis.

Ryan menilai kebijakan BI menurunkan BI rate 50 basis poin merupakan keputusan yang agresif dan di luar perkiraan banyak pihak, yang menduga penurunan hanya sekitar 25 basis poin.

"Memang kalau dilihat dari inflasi berjalan (baik yoy maupun ytd) relatif rendah di bawah lima persen dan proyeksi 2012 inflasi juga terjaga pada level rendah berkisar lima persen. Selain itu, BI juga melihat situasi makroekonomi nasional tetap terjaga baik kendati ada ancaman krisis Eropa dan AS," katanya.

Kebijakan BI itu, lanjut Ryan, juga karena BI meyakini penurunan BI rate tidak akan menekan rupiah, karena hal serupa juga dilakukan bank sentral negara-negara lain.

"Dengan BI rate enam persen, ini menjadi modal yang bagus bagi BI untuk memasuki tahun 2012 karena kesempatan menurunkan BI rate tinggal sekali yakni di Nopember ini saja dan untuk Desember 2011 tetap bertahan di enam persen," katanya.

Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi A Johansyah menjelaskan bahwa keputusan penurunan BI rate 50 basis poin lebih karena proyeksi BI terhadap laju inflasi tahun ini dan 2012 yang diperkirakan di bawah lima persen.

"Kita optimis inflasi kita akan menempel di bawah target sebesar satu persen yakni kisaran empat persen. Sehingga dengan perhitungan real interest rate, maka suku bunga harus diturunkan lagi," katanya.

Menurutnya, dengan inflasi yang rendah maka real interest rate Indonesia menjadi ketinggian sehingga wajar kalau BI rate diturunkan sebesar 50 bps, karena di negara lain bahkan real interest rate itu berhimpitan dengan inflasi dan bahkan ada yang negatif.

"Selain itu kita concern dengan pertumbuhan ekonomi dunia ke depan yang akan berpengaruh ke ekspor kita," katanya.
(T.D012/A026)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011