Khost, Afghanistan (ANTARA News) - Tiga polisi Afghanistan tewas dan tiga prajurit AS cedera Kamis ketika sekelompok pembom bunuh diri Taliban menyerang sebuah kantor pemerintah di Afghanistan timur, kata beberapa pejabat.

Serangan itu diperkirakan ditujukan pada pertemuan antara kepala daerah Chamkani di provinsi Paktia dan para sesepuh setempat yang akan menghadiri pertemuan tradisional atau loya jirga yang diadakan pemerintah di Kabul pekan depan, lapor AFP.

Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO menyatakan, mereka membantu mengakhiri serangan itu dengan menghancurkan sebuah masjid dimana orang-orang bersenjata bersembunyi, dengan menembakkan sebuah rudal Hellfire dan beberapa roket dari helikopter Apache.

Juru bicara pemerintah provinsi Rohullah Samoon mengatakan, ada empat penyerang, seorang diantaranya meledakkan sebuah bom mobil di pintu gerbang pusat daerah itu, yang membuat tiga orang lain bisa masuk.

"Mereka semua tewas," katanya kepada AFP. "Tiga polisi kami juga tewas dan kepala polisi daerah itu cedera namun dalam kondisi stabil. Pertempuran sudah berakhir saat ini."

Sersan Kepala Nick Conner, seorang juru bicara ISAF di Afghanistan timur, mengatakan, tiga prajurit AS cedera dalam serangan bom mobil awal namun ia tidak memberikan penjelasan terinci mengenai kondisi mereka.

Serangan yang berlangsung sekitar dua jam itu merupakan tantangan keamanan bagi loya jirga, yang diadakan oleh Presiden Hamid Karzai dan dijadwalkan berlangsung di Kabul mulai 16 November.

Serangan itu juga menyoroti kekerasan yang dikobarkan gerilyawan Taliban dan sekutunya akhir-akhir ini terhadap sasaran asing di Afghanistan.

Sabtu (29/10), serangan bom mobil bunuh diri menewaskan 13 prajurit ISAF dan pegawai sipil, serta empat orang Afghanistan di Kabul -- serangan darat tunggal paling mematikan terhadap pasukan koalisi sejak perang meletus 10 tahun lalu.

Pada Oktober, Taliban berjanji akan berperang sampai semua pasukan asing meninggalkan Afghanistan.

Presiden Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.

Gerilyawan meningkatkan serangan terhadap aparat keamanan dan juga pembunuhan terhadap politikus, termasuk yang menewaskan Ahmed Wali Karzai, adik Presiden Hamid Karzai, di Kandahar pada Juli dan utusan perdamaian Burhanuddin Rabbani di Kabul bulan September.

Konflik meningkat di Afghanistan dengan jumlah kematian sipil dan militer mencapai tingkat tertinggi tahun lalu ketika kekerasan yang dikobarkan Taliban meluas dari wilayah tradisional di selatan dan timur ke daerah-daerah barat dan utara yang dulu stabil.

Sebanyak 711 prajurit asing tewas dalam perang di Afghanistan sepanjang tahun lalu, yang menjadikan 2010 sebagai tahun paling mematikan bagi pasukan asing, menurut hitungan AFP yang berdasarkan atas situs independen icasualties.org.

Jumlah kematian sipil juga meningkat, dan Kementerian Dalam Negeri Afghanistan mengumumkan bahwa 2.043 warga sipil tewas pada 2010 akibat serangan Taliban dan operasi militer yang ditujukan pada gerilyawan.

Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al-Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.

Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara berada di Afghanistan untuk membantu pemerintah kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.

Sekitar 521 prajurit asing tewas sepanjang 2009, yang menjadikan tahun itu sebagai tahun mematikan bagi pasukan internasional sejak invasi pimpinan AS pada 2001 dan membuat dukungan publik Barat terhadap perang itu merosot.

Gerilyawan Taliban sangat bergantung pada penggunaan bom pinggir jalan dan serangan bunuh diri untuk melawan pemerintah Afghanistan dan pasukan asing yang ditempatkan di negara tersebut.

Bom rakitan yang dikenal sebagai IED (peledak improvisasi) mengakibatkan 70-80 persen korban di pihak pasukan asing di Afghanistan, menurut militer. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011