Jakarta (ANTARA) - Koordinator Jaringan Aktivis Nusantara Romadhon Jasn menilai literasi dan refleksi merupakan modal penting bagi masyarakat yang hidup di era disrupsi, dimana intensitas laju informasi tergolong sangat tinggi.

"Era ini ditandai dengan sebuah gejala yang cukup masif, yaitu berjubelnya informasi yang diterima manusia, namun tidak diimbangi dengan kemampuan refleksi," kata Romadhon dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu.

Menurut dia, kehidupan di era disrupsi harus disertai dengan kemampuan membaca dengan baik agar memiliki refleksi yang mendalam. Hal itu bertujuan agar masyarakat memiliki kemampuan atau kecerdasan dalam memilah informasi.

"Konsekuensi hidup di era disrupsi ini adalah kita harus menerima fakta baru, yaitu hidup berdampingan dengan tingginya intensitas laju informasi. Dua puluh empat jam nonstop informasi lalu lalang di gadget kita," ucap dia.

Dia juga menunjukkan keprihatinannya atas kelompok masyarakat yang secara menyerap informasi tanpa melakukan penyaringan. Kecenderungan tersebut ia amati dalam kasus hoaks dan ujaran kebencian yang seringkali menjadi ancaman bagi persatuan dan kebhinnekaan Indonesia.

Dalam peringatan Hari Buku Sedunia ini, dia mengajak generasi muda atau milenial untuk terus meningkatkan minat baca.

"Tahun 2021 lalu, Indonesia menempati peringkat ke 62 dari 70 negara berkaitan dengan tingkat literasi, atau berada 10 negara terbawah yang memiliki tingkat literasi rendah. Hal ini tentu sangat ironis," jelasnya.

Baca juga: Kapolri buka Apel Gelar Pasukan Operasi Ketupat 2022 di Monas

Oleh karena itu, sebagai bagian dari generasi milenial atau kelompok sosial yang paling dominan menggunakan media sosial, dia merasa terpanggil untuk memperbaiki hal tersebut.

"Insya Allah, pascabulan Ramadhan ini kami akan selenggarakan kegiatan khusus untuk meningkatkan literasi generasi muda," tukasnya.

Pernyataan tersebut merupakan tanggapan Romadhon terhadap cuitan Kapolri Listyo Sigit tentang peringatan Hari Buku Sedunia yang dirayakan setiap tanggal 23 April.

Melalui akun Twitter @ListyoSigitP, Kapolri Listyo Sigit menulis "Rajinlah membaca buku agar terbuka wawasan, memiliki pandangan yang maju ke depan, sehingga kita mampu menghargai perbedaan dan kebhinnekaan.”

Menurut Romadhon, unggahan Listyo tersebut mengenai pentingnya membaca buku dan kaitannya dengan cara masyarakat menghargai perbedaan dan kebhinnekaan ini menarik untuk ditelisik lebih dalam.

"Bagi kami, apa yang beliau tulis merupakan imperatif yang harus dimiliki oleh masyarakat yang hidup di era disrupsi," ujarnya.

Baca juga: Jaringan Aktivis Nusantara mendorong penguatan kontra narasi terorisme
Baca juga: Kapolri ingatkan pandemi belum berakhir meski mudik boleh

Pewarta: Putu Indah Savitri
Editor: Fransiska Ninditya
Copyright © ANTARA 2022