Jakarta (ANTARA News) - Perusahaan agribisnis dan makanan Sinarmas menahan ekspansi bisnisnya di bidang produksi minyak sawit mentah (CPO) dan minyak goreng menyusul kondisi ekonomi dunia yang belum pasti dan likuiditas perbankan yang ketat. "Memang tahun ini lebih sedikit karena kami masih berhati-hati, tapi kalau 'cashflow`-nya bagus kami akan tambah lagi (investasinya). Untuk sementara konservatif dulu,"kata CEO Agribusiness and Foods Sinar Mas, Franky O. Widjaja di sela peluncuran MINYAKITA di Kelurahan Duren Sawit, Jakarta Timur, Rabu. Menurut Franky, tahun lalu perusahaannya melakukan penambahan investasi sekitar 200 juta dolar AS termasuk perluasan lahan sawit 20ribu hektare. Untuk tahun ini, total investasi tambahan untuk perluasan lahan dan pembangunan pabrik hanya sekitar 100juta dolar AS. "Sinarmas sudah mulai merambah ke daerah timur Indonesia, sekarang mau menambah 2 ribu hektare lagi di dekat Jayapura, sedangkan area lain belum mendapat ijin," ujarnya. Selain Papua, lanjut Franky, pihaknya juga melirik daerah Kalimantan untuk ekspansi bisnisnya. Menurut dia, faktor utama untuk menarik investor ke daerah timur Indonesia adalah keterbatasan informasi mengenai lahan. "Investor akan banyak berminat kalau tata ruangnya jelas. Kalau daerah merasa butuh kami siap masuk kesana," tutur Franky yang baru menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Agribisnis, Pangan dan Kehutanan. Franky mengatakan Indonesia masih menarik untuk investasi sektor agrobisnis terutama CPO karena faktor cuaca dan produktivitas lahan yang tinggi. Franky yang juga Ketua Dewan Sawit Indonesia mengatakan target produksi CPO tahun ini meningkat dari 18 juta ton tahun lalu menjadi 20 juta ton selama 2009. Kinerja ekspor CPO 2009 diperkirakan juga akan meningkat dibanding 2008 karena konsumsi total dalam negeri hanya 4,5-5 juta ton. "Biaya produksi kita lebih rendah dibanding Malaysia, jadi yang perlu diperbaiki adalah tata ruangnya. Untuk itu Kadin dan pemerintah akan duduk bersama merumuskan tata ruang dan pemetaan lahan mana yang sudah bisa dibuka supaya tidak merusak lingkungan," jelasnya.(*)

Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2009