Palembang (ANTARA News) - Ofisial tim SEA Games ke-26 dari Myanmar mengeluhkan kesulitan mendapatkan taksi di Kota Palembang, Sumatera Selatan, padahal jarak dari hotel tempat menginapnya di kawasan Seberang Ilir ke Jakabaring Sport City lumayan jauh.

Kyaw Zaw, ofisial Myanmar, di Palembang, Selasa, mengeluhkan ketiadaan angkutan taksi yang mereka perlukan saat hendak menuju ke kawasan Jakabaring yang menjadi pusat kegiatan selama SEA Games ke-26 berlangsung di Palembang, 11-22 November 2011.

Akibat ketiadaan taksi itu, dia bersama rekan satu timnya terpaksa berjalan kali melintasi Jembatan Ampera sampai menemukan angkutan umum yang bisa membawa mereka sampai ke Jakabaring di kawasan Seberang Ulu.

Ia menjelaskan, mereka datang ke Palembang tidak hanya mendampingi atlet, tetapi juga berperan sebagai observator, mengingat Myanmar akan menjadi tuan rumah SEA Games XXVII dua tahun mendatang (2013), sehingga perlu belajar dari Indonesia.

Dia mengatakan, kesulitan mendapatkan angkutan taksi seperti itu, akan menjadi bahan evaluasi bagi mereka sebagai calon tuan rumah SEA Games ke-27.

Apalagi ketersediaan transportasi menjadi salah satu ukuran keberhasilan penyelenggaraan sebuah kegiatan, kata dia.

Bukan hanya para ofisial tim SEA Games yang mengeluhkan ketiadaan taksi di Palembang itu, Dewi (34), warga Palembang sendiri mengaku masih kesulitan mendapatkan angkutan umum menuju Jakabaring.

Bahkan, untuk memesan taksi berargometer yang baru saja diluncurkan sebelum SEA Games berlangsung, dirasakan masih sangat sulit, ujar dia.

Dewi menambahkan, nomor pesanan taksi yang disosialisasikan pengelola angkutan umum tersebut, juga susah dihubungi.

Parahnya lagi, ketika menumpang taksi berargometer, justru pengemudi taksi dimaksud tetap minta biaya tambahan karena mengaku harus membeli bahan bakar minyak yang dibebankan perusahaan dengan armada 50 buah taksi berwarna biru muda itu.

Menjelang SEA Games ke-26 di Palembang, taksi Blue Bird mulai beroperasi di kota ini, mengingat selama ini nyaris belum ada armada taksi representatif di Palembang yang menggunakan meteran (argometer).

Umumnya armada taksi yang beroperasi mengandalkan kompromi dan tawar menawar tarif taksi secara borongan kepada calon penumpangnya.
(ANT)

Editor: AA Ariwibowo
Copyright © ANTARA 2011