Jakarta (ANTARA) - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) sedang mengembangkan 19 satelit, mulai dari satelit resolusi sangat tinggi, satelit resolusi tinggi, satelit radar hingga satelit konstelasi untuk komunikasi dan kebutuhan pengamatan bumi Indonesia.

"Ke depan, tahun 2025 BRIN merencanakan untuk meluncurkan satelit resolusi sangat tinggi di 50 sentimeter resolusinya dan Synthetic Aperture Radar (SAR), tahun berikutnya satelit resolusi tinggi," kata Pelaksana tugas Kepala Pusat Riset Penginderaan Jauh BRIN Rahmat Arief dalam Webinar Kolaborasi Penguatan Ekosistem Industri Satelit Indonesia yang diikuti dalam jaringan di Jakarta, Rabu.

Baca juga: BRIN akan luncurkan Satelit Lapan A-4 akhir 2022

Sebanyak 19 satelit tersebut terdiri atas empat satelit resolusi tinggi, dua satelit resolusi sangat tinggi, dua satelit radar atau Synthetic Aperture Radar (SAR), 10 satelit untuk satelit konstelasi dengan misi komunikasi yang menggunakan orbit bumi rendah atau Low Earth Orbit (LEO), dan satu satelit geostasioner atau Geostationary Earth Orbit (GEO).

Rahmat menuturkan dengan 10 satelit untuk satelit konstelasi dengan orbit bumi rendah tersebut, diharapkan koneksi komunikasi di Indonesia dapat dijamin berlangsung secara berkelanjutan dengan pengiriman data terus menerus dari masing-masing satelit itu.

Satelit-satelit tersebut akan diluncurkan secara bertahap. Pada 2025, ditargetkan peluncuran dua satelit resolusi sangat tinggi, dan pada 2026 diluncurkan satelit resolusi tinggi.

Satelit tersebut akan berguna terutama untuk akuisisi atau penyediaan data pemantauan permukaan bumi untuk berbagai keperluan, di antaranya untuk pertanian, perkebunan, lingkungan, perikanan, dan bencana alam.

Data dari satelit dengan resolusi sangat tinggi memungkinkan untuk memvisualisasikan permukaan bumi dengan lebih detail seperti bangunan, jalan, atau pepohonan sehingga akan sangat bermanfaat antara lain untuk pemetaan perkotaan, penggunaan lahan, pertanian, dan manajemen bencana alam.

Peluang penggunaan data satelit radar atau SAR di Indonesia cukup tinggi, karena kemampuan data satelit SAR yang dapat menembus awan, yang sering menjadi kendala dalam pemantauan permukaan bumi menggunakan data satelit optik.

Baca juga: BRIN: Satelit LAPAN-A1 masih berfungsi setelah mengudara 15 tahun

Baca juga: Citra satelit resolusi tinggi cari titik terparah gempa


Satelit radar juga bisa melakukan pemantauan permukaan tanpa gangguan cuaca dan dapat dimanfaatkan dalam kondisi siang dan malam.

Berdasarkan Wikipedia, satelit geostasioner adalah satelit yang mengorbit pada ketinggian 35.900 kilometer di atas bumi. Satelit tersebut mengelilingi bumi dengan frekuensi satu kali putaran per hari atau 24 jam.

Satelit LEO merupakan satelit yang mempunyai ketinggian 320–800 kilometer di atas permukaan bumi. Karena orbit satelit tersebut sangat dekat dengan bumi, maka satelit LEO harus mempunyai kecepatan yang sangat tinggi agar tidak tertarik oleh gravitasi bumi. Kecepatan edar satelit LEO mencapai 27.359 kilometer per jam untuk mengitari bumi dalam waktu 90 menit.

Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2022