Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) antarBank Jakarta pada Selasa sore bergerak melemah 35 poin ke posisi Rp8.985 dibanding hari sebelumnya Rp8.950.

Pengamat pasar uang dari Universal Broker, Satrio Utomo, di Jakarta, Selasa mengatakan, melemahnya rupiah masih dipicu dari sentimen acuan suku bunga Bank Indonesia (BI rate) yang terpangkas.

"BI rate yang turun ditengah kacaunya ekonomi Eropa masih berdampak negatif, kondisi ini tidak jauh berbeda pada dua bulan lalu ketika BI menurunkan BI rate," ujarnya.

Ia mengemukakan, dengan menurunkan suku bunga sebesar 50 bps, BI mengambil risiko karena rupiah dapat kembali tertekan seiring dengan imbal hasil yang turun.

Apabila rupiah melemah, lanjut dia, perusahaan yang memiliki pinjaman dalam bentuk dolar AS akan mengalami forex losses.

Ia menyatakan, Konperensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-19 Perhimpunan Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) di Bali juga belum berdampak positif bagi pasar investasi saat ini.

"Semua pandangan investor saat ini cenderung pada kondisi ekonomi yang terjadi di eropa," kata dia.

Analis pasar uang Monex Investindo Futures, Johanes Ginting, mengemukakan bahwa kenaikan biaya pinjaman Italia menambah kecemasan atas masalah hutang zona Eropa.

"Meski demikian, Bank Indonesia akan mencoba menahan penguatan dolar AS lebih tinggi. Ini sangat penting bagi bank sentral untuk menahan stabilitas rupiah agar investor asing berinvestasi dalam obligasi pemerintah," kata dia.

Ia menambahkan, rupiah diperdagangkan melemah dolar AS setelah Bank Indonesia secara tak terduga memangkas suku bunga sebanyak 50 basis poin pekan lalu sebagai upaya melindungi perekonomian dari goyahnya pemulihan global.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Selasa (15/11) tercatat mata uang rupiah melemah terhadap dolar AS menjadi Rp8.995 dibanding pada hari sebelumnya Rp9.955.
(T.KR-ZMF/B012)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2011