Jakarta (ANTARA News) - Pasar Asia bergerak melemah karena sentimen Italia sehingga memicu mata uang kawasan itu termasuk nilai tukar rupiah pada Rabu pagi melemah terhadap dolar AS.

Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksi antarbank di Jakarta Rabu pagi bergerak turun ke posisi Rp9.023 atau turun 33 poin dibanding sebelumnya Rp8.990.

Analis Samuel Sekuritas, Lana Soelistianingsih di Jakarta, Rabu mengatakan, masih negatifnya sentimen di Eropa mendorong nilai tukar dolar AS menguat terhadap mata uang lainnya.

Ia menambahkan, ekonomi Uni Eropa (UE) pada triwulan ke tiga hanya tumbuh 0,2 persen atau 1,4 persen yoy (year on year).

"Realisasi pertumbuhan ini `in line` dengan perkiraan median analis ditengah tantangan UE menghadapi krisis utang di beberapa negara anggotanya," kata dia.

Ia mengemukakan, Yunani tumbuh negatif 5,2 persen yoy. Meski demikian Jerman dan Perancis dua negara besar di UE itu masih mencatat kenaikan pertumbuhan yang lebih baik.

"Ekonomi UE saat ini memasuki fase stagnasi, dan akan menjadi resesi jika tidak dilakukan penanganan yang benar, karena permintaan yang melambat akibat krisis utang," kata dia.

Ia mengatakan, disiplin fiskal yang ketat membuat negara-negara UE sulit untuk mendorong pertumbuhan, disaat yang sama disisi kebijakan moneter yang dikelola oleh bank sentral UE tidak cukup memberikan stimulus.

"Ekonomi UE diperkirakan melanjutkan perlambatan pada kuartal empat," kata dia.

Sementara dari dalam negeri, kata Lana, Bank Indonesia (BI) merevisi target pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2012 dari 6,7 persen menjadi 6,5 persen.

"Revisi ini masih lebih tinggi dibandingkan perkiraan IMF sebesar 6,3 persen. Revisi ini terkait dengan kemungkinan perlambatan ekonomi global terutama melemahnya pasar dari Uni Eropa dan Amerika Serikat, yang akan berdampak pada perekonomian Cina dan selanjutnya Asia," kata dia.

Ia mengatakan, perlambatan ekonomi negara-negara tersebut diperkirakan mempengaruhi penurunan harga komoditas yang akan berdampak negatif pada ekspor Indonesia.

"Tumpuan sumber pertumbuhan ekonomi 2012 diharapkan berasal dari investasi dan konsumsi masyarakat," ujar dia.
(ANT)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011