Nairobi (ANTARA News) - Kenya hari Rabu menyatakan kesediaannya mengirim pasukan untuk bergabung dalam Misi Uni Afrika untuk Somalia (AMISOM), sebulan setelah mereka mengerahkan pasukan ke wilayah Somalia untuk memerangi gerilyawan Al-Shabaab.

Setelah pembicaraan di Nairobi antara para kepala negara Kenya, Somalia dan Uganda, kantor Presiden Kenya Mwai Kibaki mengatakan dalam sebuah pernyataan, pertemuan itu "menyambut baik kesediaan Kenya mengirim pasukan untuk AMISOM".

AMISOM, yang saat ini mencakup 9.700 prajurit yang berasal dari Uganda dan Burundi, bertugas melindungi pemerintah Somalia dukungan Barat dari ancaman Al-Shabaab, lapor AFP.

Pernyataan itu tidak menyebutkan apakah pasukan Kenya yang sudah berada di Somalia selatan akan dimasukkan ke dalam pasukan yang ditawarkan itu, atau apakah kontribusi itu akan melibatkan pasukan baru.

Pasukan Kenya memasuki Somalia selatan sebulan lalu untuk memerangi Al-Shabaab yang dianggap bertanggung jawab atas penyerangan dan penculikan terhadap warga asing di negara itu. Mereka berperang bersama pasukan pemerintah Somalia dan milisi sekutunya, Ras Kamboni.

Menurut pernyataan itu, para kepala negara tersebut menekankan pentingnya "meningkatkan koordinasi antara AMISOM, pasukan TFG (pemerintah Somalia) dan Pasukan Pertahanan Kenya agar berhasil mengalahkan Al-Shabaab".

Pertemuan antara Kibaki, Presiden Uganda Yoweri Museveni dan Presiden Somalia Sharif Sheikh Ahmed itu juga "memuji keputusan Djibouti menyediakan pasukan untuk AMISOM".

Para pemimpin itu mendesak negara-negara lain Afrika yang telah menjanjikan pasukan untuk AMISOM "segera memenuhi janji mereka".

Sierra Leone berjanji pada Agustus untuk mengirim satu batalyon yang mencakup 850 prajurit setelah April 2012.

Uni Afrika berulang kali meminta penambahan segera 3.000 prajurit sesuai dengan mandat PBB tahun lalu, khususnya setelah Al-Shabaab menarik diri dari Mogadishu pada Agustus.

Pasukan Kenya pada 16 Oktober meluncurkan penyerbuan ke Somalia untuk memburu Al-Shabaab yang dituduh mendalangi penculikan warga asing di Kenya dan mengklaim telah membunuh puluhan gerilyawan dari kelompok tersebut.

Pada 17 Oktober, Al-Shabaab membantah tuduhan Kenya bahwa mereka mendalangi sejumlah penculikan warga asing di negara tersebut akhir-akhir ini.

Al-Shabaab menuduh pemerintah Kenya menggunakan isu penculikan sebagai dalih untuk melakukan penyerbuan ke Somalia.

Dalam waktu kurang dari sebulan, seorang wanita Inggris dan seorang wanita Prancis diculik dari kawasan wisata pantai Kenya dalam dua insiden terpisah, yang merupakan pukulan besar bagi industri pariwisata di Kenya.

Pada 13 Oktober, dua wanita pekerja bantuan asal Spanyol diculik dari kamp pengungsi Dadaab, Kenya, kamp terbesar di dunia yang menjadi tempat bagi sekitar 450.000 pengungsi yang sebagian besar orang Somalia yang menyelamatkan diri dari kekeringan, kelaparan dan perang.

Penculikan-penculikan itu juga diyakini dilakukan oleh Al-Shabaab Somalia. Belum ada tuntutan yang diumumkan oleh penculik bagi pembasan para sandera itu.

Al-Shabaab yang bersekutu dengan Al-Qaida mengobarkan perang selama empat tahun ini dalam upaya menumbangkan pemerintah sementara Somalia dukungan PBB yang hanya menguasai sejumlah wilayah di Mogadishu.

Nama Al-Shabaab mencuat setelah serangan mematikan di Kampala pada Juli 2010.

Para pejabat AS mengatakan, kelompok Al-Shabaab bisa menimbulkan ancaman global yang lebih luas.

Al-Shabaab mengklaim bertanggung jawab atas serangan di Kampala, ibukota Uganda, pada 11 Juli yang menewaskan 79 orang.

Pemboman itu merupakan serangan terburuk di Afrika timur sejak pemboman 1998 terhadap kedutaan besar AS di Nairobi dan Dar es Salaam yang diklaim oleh Al-Qaida.

Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan Al-Qaida pimpinan Osama bin Laden.

Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.

Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.

Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Selain perompakan, penculikan dan kekerasan mematikan juga melanda negara tersebut. (M014)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011