Jakarta (ANTARA News) - Bursa Efek Indonesia (BEI) mengakui krisis utang di kawasan Eropa dapat mempengaruhi iklim penawaran umum saham perdana (IPO) tahun ini yang ditargetkan bisa mencapai 25 emiten baru.

"Hingga saat ini baru 19 perusahaan yang melakukan IPO. Memang ada beberapa lagi yang akan masuk pada November dan Desember, namun untuk mencapai 25 perusahaan agak sulit," ujar Direktur Penilaian Perusahaan BEI Eddy Sugito di Jakarta, Kamis.

Ia mengemukakan, ada beberapa faktor yang menyebabkan target 25 emiten sulit tercapai yakni, krisis utang di Eropa yang masih berjalan membuat perusahaan menahan untuk melepas sahamnya.

"Perseroan masih memperhatikan kondisi pasar global. Ini membuat sentimen pasar yang kurang baik. Meskipun fundamental ekonomi Indonesia kuat, tetapi iklim investasi dalam negeri masih dipengaruhi bursa-bursa dunia. Fundamental boleh sekuat apa pun, tapi kalau sentimen kurang mendukung," ujar Eddy.

Ia mengatakan, tujuan perusahaan melakukan IPO salah satunya untuk mendapatkan dana dalam mengembangkan usaha.

Sementara, Direktur Utama PT Sinarmas Sekuritas Kokaryadi Chandra mengatakan, IPO pada 2012 diperkirakan masih akan menarik meski krisis di eropa masih mempengaruhi bursa saham.

Sektor pertambangan, konsumsi, dan infrastruktur diproyeksikan masih diminati tahun depan.

Menurutnya, Sinarmas Sekuritas akan menangani dua IPO pada 2012. Salah satunya perusahaan sektor tekstil. "Kita bisa menangani satu hingga dua lagi. Salah satunya berhubungan dengan tekstil. Nilainya sekitar Rp300 miliar."

Pada 2011, PT Sinarmas Sekuritas telah menangani penawaran umum perdana saham yakni, PT Indo Straits (PTIS) senilai Rp95 miliar dan PT Golden Energy Mines (GEMS) senilai Rp2,25 triliun pada 2011.

Pengamat pasar saham Woori Korindo Securities, Teuku Hendry Andrean mengatakan, IPO pada 2012 diperkirakan masih ramai seiring dengan fundamental ekonomi dalam negeri yang masih positif.

"IPO tahun depan diperoyeksi masih ramai, pelaku pasar diperkirakan akan cenderung memilih saham-saham yang mendukung kekuatan ekonomi dalam negeri seperti sektor konsumsi dalam negeri karena inflasi domestik cenderung terkendali," kata dia.

(KR-ZMF/A023)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011