Jakarta (ANTARA News) - Setelah bertahun-tahun tidak pernah bersua, dua sahabat yang sama-sama orang kuat pada masanya, Soeharto dan Lee Kuan Yew, bersua kembali dalam suasana akrab dan mesra selama hampir 30 menit di kediaman Soeharto, di Jalan Cendana Nomor 10 dan 12, Jakarta Pusat, Rabu siang. Lee yang kini menjadi Mentor Senior Singapura dan menjadi Perdana Menteri paling kuat di negaranya, datang di Jalan Cendana dengan mengenakan batik coklat dan celana hitam dengan didampingi isterinya, Kwa Geok Choo, dalam rombongan mobil yang dipimpin Duta Besar Singapura di Jakarta, Edward Lee. Sementara Soeharto yang mengenakan busana senada dengan tamu istimewanya itu didampingi kedua puterinya, Siti Hardiyanti Rukmana atau Tutut dan Siti Hediati Prabowo atau Mamiek. Begitu sampai di dalam halaman rumah itu, mereka langsung mengadakan pertemuan dan pers dilarang memasuki halaman rumah. Sebelum bersua dengan Soeharto, Lee Kuan Yew terlebih dahulu bertemu dengan mantan Presiden Megawati Soekarnoputri, di Jalan Teuku Umar Nomor 27, yang jaraknya hanya sekitar 500 meter dari rumah Soeharto. Di rumah Megawati, tidak ada pembicaraan apa pun kepada pers, kecuali oleh Megawati. "Beliau datang sebagai sahabat bangsa ini. Ingin melihat dari dekat perkembangan bangsa ini setelah sekitar lima tahun tidak pernah datang ke sini. Beliau menilai hubungan bilateral kita tidak ada masalah," kata Megawati, yang dalam pertemuan itu didampingi suaminya, Taufiq Kiemas. Di rumah Soeharto, kedua tokoh dan penguat organisasi regional ASEAN itu saling bergandengan tangan dan bertukar ciuman di pipi masing-masing. Soeharto dipeluk erat oleh sahabatnya, yang pada masa lalu pernah mengakui Soeharto sebagai "inspirator" caranya memerintah Singapura. Lee datang dalam kesempatan tidak resmi selama lima hari di Jakarta dan kemarin (21/2) disambut oleh Presiden Susilo B Yudhoyono, yang didampingi isterinya, Nyonya Kristiani Yudhoyono, di Istana Merdeka. Berlainan dengan Soeharto yang lengser dari pemerintahannya dengan cara yang kurang lancar tahun 1998, Lee turun dari tampuk pemerintahan dengan cara yang baik. Bahkan sejak bertahun sebelumnya, dia telah mempersiapkan putera sulungnya, BG Lee, sebagai calon penggantinya dan publik Singapura menerima langkah itu. (*)

Copyright © ANTARA 2006