Eksportir Indonesia berharap harga bisa balik ke level 25 ribu dolar AS per ton.
Jakarta (ANTARA News) - Ekspor timah nasional pada November 2011 diprediksi anjlok 26 persen menjadi 4 ribu ton, dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 5.442 ton, seiring langkah beberapa penghasil timah menghentikan ekspor di pasar spot demi mendorong harga jual.

"Ekspor pada bulan ini bisa menjadi angka terendah dalam tiga tahun terakhir," demikian hasil survei yang dilakukan Bloomberg terhadap delapan pemasok, produsen, dan analis timah, Senin.

Bloomberg mencatat, volume ekspor jauh di bawah rata-rata selama sembilan bulan 2011 sebesar 8.136 ton atau sebelum penghentian ekspor dimulai.

Kementerian Perdagangan akan merilis data ekspor timah bulan ini pada pekan kedua Desember.

Indonesia, menurut Bloomberg, adalah eksportir timah terbesar dunia dengan pangsa pasar 40 persen. Pengurangan volume ekspor diharapkan bisa mendongkrak harga timah yang turun 22 persen akibat ancaman krisis finansial global seiring mencuatnya krisis utang di Eropa.

"Eksportir Indonesia berharap harga bisa balik ke level 25 ribu dolar AS per ton," tulis Bloomberg.

Saat ini, tulis Bloomberg, ekspor Indonesia kemungkinan hanya dilakukan PT Timah Tbk, karena perseroan masih memiliki kontrak yang harus dipenuhi.

"Sedangkan untuk produsen kecil, kebanyakan menjual di pasar spot yang kini dilarang," kata analis Trimegah Securities Andrian Tanuwijaya.

Harga timah di London Metal Exchange untuk pengiriman tiga bulan hari ini turun 2,2 persen menjadi 20.800 dolar AS per ton. (ANT-258)

Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2011