Jakarta (ANTARA News) - Bank Dunia mencatat pertumbuhan di kawasan Asia Timur akan tetap stabil, namun masih dibayangi oleh potensi krisis akibat ketidakpastian global yang terjadi terkait lambatnya penanganan krisis utang di Eropa dan dampak bencana alam.

"Kami memberikan perhatian khusus mengenai efek dari gejolak ekonomi global yang membuat kawasan ini menjadi rentan. Hal tersebut dapat menyebabkan upaya pengentasan kemiskinan dapat terhambat, selain karena peningkatan harga pangan yang dapat memperlambat pendapatan masyarakat," ujar Kepala Ekonom Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik Bert Hofman dalam laporannya di Jakarta, Selasa.

Menurut Bert, krisis utang di Eropa menyebabkan peningkatan kekhawatiran investor atas pertumbuhan global dan stabilitas kawasan sehingga menyebabkan sebagian modal keluar serta mengakibatkan pasar saham bergejolak di Asia Timur.

Krisis tersebut, lanjut dia, menyebabkan pelemahan permintaan eksternal dan untuk itu pemerintah diharapkan melakukan berbagai reformasi kebijakan untuk meningkatkan produktivitas dan sektor konsumsi dalam negeri.

"Permintaan domestik di negara-negara berpenghasilan menengah merupakan penyumbang terbesar pertumbuhan di wilayah ini, yang didukung oleh normalisasi kebijakan fiskal dan moneter," ujarnya.

Bert mengatakan, dampak bencana alam seperti banjir di Thailand berpotensi menganggu rantai distribusi industri serta menyebabkan masalah ketahanan pangan sehingga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi kawasan pada tahun ini secara keseluruhan.

"Rekonstruksi setelah banjir pada 2012 kemungkinan akan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan dan pemulihan produksi seperti kondisi sebelum terjadinya bencana di kawasan ini, akan tergantung pada kekuatan permintaan global untuk elektronik dan mobil," katanya.

Dalam jangka pendek, menurut Bert, pemerintah perlu memberikan ruang untuk stimulus fiskal namun tidak akan cukup mengingat stimulus bukan merupakan solusi jangka panjang mengingat prospek pertumbuhan global yang diperkirakan masih rendah tahun depan.

"Setiap program stimulus fiskal harus berkesinambungan, tepat sasaran dan diarahkan pada mempromosikan transformasi struktural yang dibutuhkan untuk kuat, serta mendorong pertumbuhan dalam negeri," ujarnya.

Bert mengingatkan pemerintah perlu memberikan respon yang tepat terhadap permasalahan di kawasan Asia Timur, terutama untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan melawan dampak dari ketidakpastian global.

"Pemerintah dapat mengambil kesempatan ini untuk kembali fokus pada reformasi yang akan meningkatkan pertumbuhan dalam investasi menengah dan jangka panjang," ujarnya.

Untuk itu, lanjut Bert, saat ini dibutuhkan pembenahan infrastruktur dalam meningkatkan produktivitas serta nilai tambah produksi yang diharapkan dapat mendorong konsumsi domestik.

"Terutama dalam bidang infrastruktur, pendidikan dan sistem keamanan sosial yang dapat membantu negara dalam meningkatkan produktivitas dan bergerak ke arah produksi nilai tambah yang lebih tinggi," katanya.

Selain itu, peningkatan investasi di kawasan perlu ditingkatkan untuk meningkatkan kualitas dan efisiensi serta mendorong konsumsi dalam negeri.

"Investasi lebih lanjut dalam pengelolaan dan pencegahan bencana juga menjadi lebih penting bagi kawasan Asia Timur," ujar Bert.

Bert memperkirakan pertumbuhan Asia Timur akan meningkat sebesar 8,2 persen pada 2011 atau mencapai 4,7 persen tidak termasuk China dan sebesar 7,8 persen pada 2012.

(S034/A026)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011