London (ANTARA News) - Harga minyak di London sedikit lebih tinggi pada Selasa, karena pedagang bereaksi terhadap data pertumbuhan AS yang lebih lemah dari perkiraan dan sanksi ekonomi baru terhadap pengkspor minyak mentah utama Iran.

Kontrak utama New York, minyak mentah light sweet untuk pengiriman Januari, terdorong naik lima sen menjadi 96,97 dolar AS per barel, melemah dari kenaikan di atas satu dolar AS menjelang data AS, lapor AFP.

Minyak mentah Brent North Sea untuk Januari maju 86 sen menjadi 107,74 dolar AS pada akhir perdagangan di London.

"Risiko geopolitik memberikan daya apung untuk harga minyak," kata analis Commerzbank, Carsten Fritsch.

Kekuatan Barat pada Senin memberlakukan sejumlah sanksi baru menargetkan sektor energi Iran di tengah spekulasi kemungkinan serangan militer Israel terhadap Teheran.

"Ini mempengaruhi tidak hanya sektor keuangan tapi juga industri minyak negara itu, meningkatkan risiko kemacetan pasokan," kata Fritsch.

Setelah mendapat dorongan dari sanksi, harga minyak tergelincir kembali karena ambil untung (profit taking) menyusul data resmi menunjukkan ekonomi AS tumbuh lebih lambat dari perkiraan awal pada kuartal ketiga.

Departemen Perdagangan pada Selasa menurunkan tingkat pertumbuhan menjadi 2,0 persen dari 2,5 persen pada estimasi pertama sebulan lalu, mengejutkan banyak ekonom yang telah memperkirakan tidak ada perubahan.

Amerika Serikat, yang merupakan konsumen terbesar minyak di dunia, bergabung Inggris dan Kanada pada Senin dengan memberlakukan sanksi baru terhadap Iran.

Iran dan sekutu kuatnya Rusia mengecam tindakan yang dikenakan atas dugaan program nuklir Tehran, bersikeras pada Selasa bahwa tindakan mereka ilegal dan sia-sia.

Tindakan terhadap sektor keuangan, petrokimia dan energi Iran tidak lebih dari "propaganda dan perang psikologis," juru bicara kementerian luar negeri Iran, Ramin Mehmanparast, mengatakan.

Mereka "patut dicela" dan akan terbukti tidak efektif, ia menambahkan.

Rusia -- yang dengan China menolak setiap kemungkinan langkah-langkah Barat sebelum mendapat persetujuan Dewan Keamanan PBB -- mengatakan sanksi itu "tidak bisa diterima dan melanggar hukum internasional."

Amerika Serikat dan sekutunya mengutip sebuah laporan Badan Energi Atom Internasional PBB pada 8 November yang menegaskan bukti "kredibel" dari penelitian senjata nuklir Iran sebagai pembenaran untuk sanksi baru.

Iran telah menepis laporan IAEA sebagai "tidak berdasar" dan bias. Pihaknya bersikeras bahwa program nuklirnya adalah secara eksklusif untuk tujuan damai, tujuan sipil. (A026)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011