Per 18 Maret tahun ini, FDA dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS telah mengidentifikasi 60 kasus terkonfirmasi TTS, termasuk sembilan kasus fatal, papar FDA.
Los Angeles (ANTARA) - Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) Amerika Serikat pada Kamis (5/5) menyampaikan pihaknya telah membatasi penggunaan resmi vaksin COVID-19 Johnson & Johnson (vaksin Janssen) untuk individu berusia 18 tahun ke atas yang tidak bisa atau tidak memungkinkan menerima jenis vaksin COVID-19 lainnya karena alasan risiko pembekuan darah yang langka.

"Setelah melakukan analisis terbaru, evaluasi, dan investigasi terhadap sejumlah kasus yang dilaporkan, FDA telah menentukan bahwa risiko trombosis dengan sindrom trombositopenia (thrombosis with thrombocytopenia syndrome/TTS), sebuah sindrom pembekuan darah yang langka dan berpotensi mengancam jiwa dalam kombinasinya dengan tingkat trombosit rendah, dengan gejala yang timbul sekitar satu hingga dua pekan setelah pemberian vaksin COVID-19 Janssen, memerlukan pembatasan penggunaan resmi vaksin tersebut," demikian pernyataan FDA.

"Tindakan kami mencerminkan analisis terbaru kami tentang risiko TTS setelah pemberian vaksin ini dan membatasi penggunaan vaksin untuk individu tertentu," kata Direktur Pusat Evaluasi dan Penelitian Biologi FDA Peter Marks.

Dia mengatakan FDA telah mengawasi dengan cermat vaksin COVID-19 Janssen dan kemunculan TTS pasca pemberiannya, serta menggunakan informasi terbaru dari sistem pengawasan keamanannya untuk merevisi otorisasi.

Vaksin COVID-19 Johnson & Johnson sebelumnya diresmikan untuk penggunaan darurat di AS pada 27 Februari 2021.

Per 18 Maret tahun ini, FDA dan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS telah mengidentifikasi 60 kasus terkonfirmasi TTS, termasuk sembilan kasus fatal, papar FDA.

Penerjemah: Xinhua
Editor: Bayu Prasetyo
Copyright © ANTARA 2022