Jakarta (ANTARA) - Pada musim gugur nanti, dengan karantina wilayah (lockdown) sementara di China telah terlupakan, pelabuhan kembali dibuka, dan pembatasan dicabut, perekonomian China akan kembali bangkit, papar sebuah artikel opini di The Telegraph.

Sementara itu, Amerika Serikat dan Eropa "kembali berada dalam resesi dan berusaha mencari cara untuk menebus biaya besar akibat pemberhentian aktivitas masyarakat pada 2020 lalu," kata Matthew Lynn, seorang kolumnis keuangan, dalam artikel yang dirilis pada Jumat (6/5) tersebut.

Menyebut bahwa "China mengeluarkan kekuatannya," Lynn mengatakan prediksi pesimistis mereka tentang China memang menarik, tetapi "secara fundamental keliru."

"Lockdown mungkin berat, tetapi langkah itu akan memastikan sistem perawatan kesehatan mampu mengatasinya sementara upaya vaksinasi memberikan kekebalan yang cukup untuk menghadapi virus itu," ujarnya. Lebih lanjut, Lynn menambahkan bahwa pada musim gugur nanti, perekonomian China "akan kembali pulih."

Menurut Lynn, bukti terbaru menunjukkan bahwa tiga dosis vaksin dari perusahaan farmasi China Sinovac "setidaknya sama efektifnya dengan vaksin Pfizer dan Moderna, dan mungkin bahkan lebih baik untuk orang yang berusia di atas 80-an tahun, kelompok yang paling penting dilindungi di masyarakat."

"Ketika penghitungan akhir dilakukan, tingkat kematian di China mungkin akan lebih rendah dibanding sebagian besar negara lain, dan dengan biaya yang jauh lebih rendah," imbuhnya.

"Kebangkitan China, dan kekuatan perekonomiannya, sejauh ini masih menjadi kisah terpenting di abad ke-21," kata Lynn, menambahkan bahwa COVID-19 dan lockdown selama beberapa pekan di kota-kota besar "tidak akan menghancurkannya. China terlalu kuat untuk hal itu, dan memiliki momentum begitu besar yang mendorongnya." 
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Satyagraha
Copyright © ANTARA 2022