Tenggarong (ANTARA News) - Lima hari setelah runtuhnya Jembatan Kartanegara pada Sabtu (26/11), Tim Pencarian dan Penyelamatan (SAR) masih belum berhasil mengevakuasi puluhan korban yang diperkirakan masih terjebak di dalam kendaraan yang tenggelam bersama badan jembatan di dasar Sungai Mahakam.

Hingga Kamis (1/12) pagi, Tim SAR telah berhasil menemukan 19 jenazah korban dan telah teridentifikasi seluruhnya. Para korban seluruhnya ditemukan di atas permukaan air, tidak satu pun jenazah yang berhasil diangkat dari dasar sungai.

Padahal, berdasarkan informasi di posko tim penyelamatan masih terdapat sekitar 20 orang lebih dilaporkan hilang oleh keluarganya.

Sejumlah kendaraan dipastikan berada di dasar sungai bersama runtuhnya badan jembatan. Di dalam kendaraan itulah diperkiakan para korban masih terjebak dan hal itu tentu menjadi kendala tersendiri bagi tim penyelamat untuk melekukan evakuasi.

Banyak faktor yang memengaruhi kecepatan Tim SAR dalam melakukan tugasnya, terutama derasnya arus Sungai Mahakam dan jarak pandang di dasar sungai "nol" atau tidak bisa melihat benda sama sekali akibat air sungai terlalu keruh.

Masih berdirinya dua tiang penyangga saat seluruh badan jembatan ambruk, menjadi kendala lain bagi tim penyelamat, karena sewaktu-waktu kedua tiang penyangga tersebut dapat roboh dan membahayakan anggota tim penyelamat yang sedang melakukan tugasnya.

Beberapa bagian tiang penyangga jembatan yang disebut-sebut mirip "Golden Gate" di San Francisco, Amerika Serikat tersebut, sudah terlihat mengalami keretakan sehingga dikhawatirkan akan ikut ambruk.

Berbagai upaya pun telah dilakukan tim penyelamat yang memang harus berpacu dengan waktu untuk segera mengevakuasi seluruh korban dalam waktu tujuh hingga sembilan hari.

Direktur Operasional dan Pelatihan Basarnas Marsekal Pertama TNI Sunarbowo Sandi mengatakan, timnya telah melakukan sejumlah opsi untuk mengevakuasi korban yang kemungkinan terjebak di dalam mobil dan reruntuhan jembatan, yakni dengan memecahkan kaca mobil namun derasnya arus sungai menyebabkan upaya itu sulit diteruskan.

Opsi menarik kerangka jembatan juga dilakukan namun gagal karena tim tidak dapat melakukan penyelaman untuk memasang tali pengait karena jarak pandang di dalam sungai yang tidak memungkinkan.

Tim SAR juga mengupayakan evakuasi korban termasuk dengan menggunakan balon udara karena berdasarkan asumsi bahwa beban kerangka Jembatan Kartanegara yang ambruk mencapai 1.620 ton.

"Dari berbagai pertimbangan mungkin lebih menguntungkan menggunakan balon. Berdasarkan beban kerangka jembatan itu maka balon yang dibutuhkan sebanyak 60 buah dan menurut informasi balon tersebut ada di sebuah perusahaan di Balikpapan. Penggunaan balon ini juga akan digabungkan dengan penggunaan 12 unit tugboat dengan bobot setiap tugboat 5.000 ton,` katanya.

Cara itu memang belum pernah dilakukan Badan SAR Nasional karena musibah seperti di Sugai Mahakam itu belum pernah terjadi sebelumnya. teknik pengangkatan menggunakan balon untuk pengelasan tersebut pernah dilakukan Kantor Penjaga Laut dan Pantai (KPLP) di Bali dan Banjarmasin.

Sunarbowo mengatakan, arus tenang di Sungai Mahakam terjadi dua kali dalam sehari yakni pada pagi antara pukul 06.00-08.00 Wita dan malam pada pukul 19.00 hingga 20.00 Wita dan waktunya hanya 45 menit. Pada masa tenang itulah, Tim menggunakannya semaksimal mungkin untuk memasang pengait balon dan tugboat.

Bahkan, tim penyelamat juga mendatangkan bantuan empat penyelam tradisional yang biasa menyelam di Sungai Mahakam di kedalaman hingga 100 meter tanpa bantuan peralatan.

Para penyelam tradisional itu mendapat pengarahan dari Komandan Kodim 0906 Tenggarong, Kutai Kartanegara, Letnan Kolonel Dendy Suryadi.

Para penyelam tersebut melakukan penyelaman bersama personel Paskhas TNI- AL, Brimob dan Badan SAR Nasional untuk mencari korban yang kemungkinan masih terjebak pada kerangka jembatan.

Sonar
Sementara itu, Badan Pengkajian Dan Penerapan Teknologi (BPPT) pada Selasa (29/11) memberikan bantuan berupa alat sonar tiga dimensi guna memotret gambaran di dalam sungai di sekitar jembatan yang ambruk. BPPT membawa "side scan sonar" dan "multibeam echo sounder" yang merupakan alat pengukur kedalaman, untuk melihat objek yang ada di dasar sungai Mahakam.

Hasilnya, sebagaimana diperlihatkan oleh Wakil Ketua Komisi V DPR H Mulyadi saat bersama rombongan Komisi V DPR meninjau lokasi runtuhnya jembatan, Rabu (30/11), ada sekitar tujuh mobil yang terjebak di dalam kerangka jembatan dan satu di antaranya berada di luar kerangka jembatan.

Menurut Koordinator Lapangan Tim BPPT Wahyu Widodo Pandu, pihaknya masih mengidentifikasi atas hasil pemindaian sungai menggunakan side scan sonar.

objek rangka jembatan di dasar sungai terekam dengan jelas pada citra sonar. Namun ada beberapa objek kecil yang belum teridentifikasi.

Kepala Badan SAR Nasional (Basarnas) Marsekal Madya TNI Daryatmo mengakui bahwa upaya penyelamatan korban yang sedang ditangani saat ini merupakan peristiwa langka yang sebelumnya belum pernah dialami Tim SAR.

Karena itu, ia bisa memaklumi jika ada keluarga korban yang menilai kerja tim penyelamat belum maksimal, karena rasa kehilangan anggota keluarga dan harapan yang besar kepada tim penyelamat untuk menemukan jenazah anggota keluarga mereka.

Namun, Kepala Basarnas Daryatmo juga meyakinkan masyarakat bahwa tim penyelamat telah berusaha semaksimal mungkin mengerahkan kemampuan dan segala upaya untuk mencari dan menemukan korban yang masih terjebak di dasar Sungai Mahakam.

Jembatan Kartanegara, Sabtu sekitar pukul 16.30 Wita, runtuh dan saat kejadian kondisi lalu lintas cukup ramai oleh kendaraan yang melintas. Bentang bebas Jembatatan Kukar atau area yang tergantung tanpa penyangga mencapai 270 meter dari total panjang jembatan sekitar 710 meter.

Jembatan yang diresmikan pada 2001 tersebut merupakan sarana penghubung utama Kota Samarinda dengan Kecamatan Tenggarong Seberang, Tenggarong, Kabupaten Kutai Kartanegara, Provinsi Kalimantan Timur.

Sejumlah warga yang mengaku kehilangan anggota keluarga masih terus berdatangan ke posko yang didirikan di dekat lokasi ambruknya Jembatan Kartanegara di Tenggarong, Kutai Kartanegara.

Meski dalam ketidakpastian, sebagian dari mereka dengan setia menanti kerja tim penyelamat dengan harapan dapat menemukan jasad anggota keluarga mereka.

Isak tangis pun kerap memecah keheningan tatkala mengetahui bahwa ciri-ciri jenazah yang berhasil ditemukan tim penyelamat sama dengan ciri-ciri yang dimiliki anggota keluarga mereka.

Walau dirundung duka mendalam, setidaknya warga yang jenazah anggota keluarganya telah berhasil ditemukan bisa bernapas lega karena dapat memakamkan anggota keluarga mereka secara layak.

Sementara sebagian warga lainnya masih berharap tim penyelamat segera menemukan jasad anggota keluarga mereka.

Di tengah suasana haru menanti ketidakpastian, Sungai Mahakam dengan segala misterinya mungkin bakal menjadi saksi bisu bersemayamnya jasad sejumlah warga bersama bangkai badan Jembatan "Golden Gate" Kartanegara yang tinggal kenangan.
(A041)

Oleh Arief Mujayatno
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011