Saya belajar atraksi freestyle secara otodidak dengan melihat rekaman freestyler asing melalui internet. Dari situ kemudian saya praktikkan sendiri,"
Surabaya (ANTARA News) - Lintasan balap sepeda motor Sirkuit Park Pantai Ria Kenjeran Surabaya pada akhir pekan lalu (26-27 November 2011) tampak lebih "panas" dari kondisi cuaca yang sebenarnya sudah cukup menyengat.

Ratusan pasang mata yang sebagian besar penggemar balap sepeda motor dan "bikers", berdecak kagum dan memberikan tepukan meriah saat dua pengendara motor gaya bebas atau "freestyler" memulai aksinya di ajang "U Mild U Bikers Festrack 2011".

Wawan Jarwanto, seorang freestyler lokal asal Boyolali, Jawa Tengah, saat itu sedang menari-nari di atas motor besar berkapasitas mesin 600 cc bersama freestyler asal Amerika Serikat Nick Apex.

Pemuda berusia 24 tahun yang akrab disapa Wawan Tembong itu, cukup mahir memainkan beberapa trik freestyle, seperti "wheelie" (atraksi bermotor dengan mengangkat roda depan) dan "stoppie" (atraksi mengangkat roda belakang saat mengerem motor).

Ia cukup percaya diri untuk mengimbangi kehebatan Nick Apex yang juga jago dan berpengalaman memainkan atraksi serupa.

Padahal, selama ini Wawan Tembong sangat jarang beraksi menggunakan motor besar, paling-paling hanya motor jenis sport.

"Motor besar di Indonesia jumlahnya terbatas dan harganya sangat mahal, itu yang menjadi salah satu kendala buat freestyler kita mengembangkan kemampuan agar setara dengan freestyler asing," kata Wawan.

Selama ini, ia bersama rekan-rekannya yang tergabung dalam Indonesia Stuntrider Association (ISA) lebih sering berlatih menggunakan motor matik, bebek atau jenis sport.

Sejak menekuni freestyle pada tahun 2005, Wawan Tembong telah meraih berbagai gelar juara, termasuk jawara Kompetisi Freestyle U Mild 2008-2011 untuk kategori bergengsi "Best of the Best".

"Saya belajar atraksi freestyle secara otodidak dengan melihat rekaman freestyler asing melalui internet. Dari situ kemudian saya praktikkan sendiri," katanya.

Sebelum menjadi "penari" di atas sepeda motor, dia lebih dulu menekuni dunia balap motor, baik "road race" maupun "grass track", tetapi gagal bersinar karena tidak ada dukungan dana dan sponsor.

Merasa karir balapnya sudah mentok dan sulit berkembang, Wawan Tembong mulai melirik freestyle yang saat itu memang banyak digandrungi penggila roda dua di Tanah Air.

Dari sekedar coba-coba, dia langsung kecanduan dan terus mengembangkan beragam gaya bermotor ekstrem yang memacu andrenalin, seperti berputar-putar, lepas tangan atau stoppie dengan duduk di atas tangki bensin.

"Sejak mengenal beberapa gaya freestyle, saya seperti tidak pernah puas dan ingin terus mencoba berbagai gaya baru. Semua saya pelajari sendiri dan melihat video di internet," tambahnya.

Penampilannya di Sirkuit Kenjeran dengan menggunakan motor besar menjadi yang pertama bagi Wawan Tembong. Untuk menaklukkan "kuda besi" tersebut, dia hanya perlu belajar selama empat hari.

"Sudah cukup lama dia ingin beraksi di atas motor besar dan kali ini kesampaian juga di Surabaya," kata Ketua ISA sekaligus pelatihnya, Royke.

Menurut ia, dengan kemampuan dan pengalaman yang sudah dimiliki, tidak sulit bagi Wawan Tembong untuk beradaptasi dan menari-nari di atas sepeda motor besar 600 cc.

Bahkan, freestyler AS Nick Apex juga memuji penampilan pemuda "ndeso" Boyolali tersebut dan menilai kemampuan serta tekniknya tidak kalah dibanding freestyler profesional mancanegara.

"Teknik dia bagus seperti pemain profesional. Saya kagum dan tidak menyangka Indonesia memiliki banyak talenta-talenta freestyler," kata Nick yang baru pertama kali datang ke Indonesia.

Ia menyatakan optimistis para freestyler Indonesia mampu bersaing di tingkat internasional, jika secara kontinyu dan serius mengasah kemampuannya menari di atas motor.
(D010)

Pewarta: Didik Kusbiantoro
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011