Nusa Dua (ANTARA News) - Produksi minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) Indonesia pada 2012 diperkirakan meningkat 1 juta sampai 1,4 juta ton dibandingkan tahun ini.

"Kenaikan tersebut akan membuat produksi minyak sawit tahun depan diperkirakan 26,5 juta ton," kata Dorab Mistry dari Godrej International Ltd, saat didaulat menjadi pembicara sesi pembahasan mengenai prediksi harga minyak sawit pada Konferensi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki) di Nusa Dua, Jumat.

Dia mengatakan, pada 2011 jumlah produksi minyak kelapa sawit Indonesia adalah sebanyak 25,2 juta ton, sedangkan Malaysia hanya sebanyak 18,8 juta ton.

Kenaikan kapasitas produksi CPO Indonesia, menurut Dorab, tidak akan diikuti kenaikan produksi di Malaysia yang diperkirakan bakal stabil.

"Saya perkirakan kapasitas produksi Malaysia pada tahun depan, tidak akan jauh berbeda dengan tahun ini, yakni antara 18,6-19 juta ton," ujarnya.

Dorab mengaku, dua analisis mandiri terkenal di dunia memperkirakan hal yang sama, jika di Negeri Jiran itu tidak akan mengalami peningkatan hasil minyak kelapa sawit.

Akan tetapi, menurut dia, secara keseluruhan produksi minyak di dunia hanya akan mengalami peningkatan sebesar 2 juta ton saja.

Selain membahas soal kapasitas produksi, Dorab mengatakan, bahwa produksi minyak-minyak lainnya akan terus meningkat, seperti minyak kedelai dan bunga matahari.

"Mengenai harga minyak kedelai, nantinya sangat tergantung dari luasnya lahan tanaman tersebut di kawasan Amerika Selatan dan Amerika Serikat.

Sementara itu, Michael J Dwyer, analis dari Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), mengatakan, minyak kelapa sawit dari Indonesia dapat masuk ke wilayah Amerika Serikat asalkan harganya dapat bersaing dengan minyak hewani atau biodisel.

"Selain itu sebelum masuk ke pasar AS, terlebih dahulu harus memenuhi ketentuan dan memiliki sertifikat yang sesuai," katanya.

Dia menjelaskan mengenai kondisi produksi biodisel di negara paman sam itu yang tidak terlalu besar dibandingkan dengan negara-negara kawasan Eropa.

Sebab Eropa merupakan produsen minyak nabati terbesar di dunia, di mana produksinya adalah 50 persen dari ketersediaan yang ada atau berjumlah 11 juta ton.

"Melihat itu menunjukkan bahwa Amerika Serikat bukanlah pemain besar dalam produksi minyak tersebut," ujarnya.

Akan tetapi, tambah Dwyer, pada 2012 produksi minyak itu terus meningkat, sehingga menunjukkan jika negara adi kuasa itu belum bisa meninggalkan ketergantungan atas biodesel.

(KR-IGT*S025)

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2011