San Antonio (ANTARA News) -  Banyak tentara AS yang pulang dari Iraq dan Afghanistan, kemudian mengalami gangguan mental dan emosi akibat perang.  Dan ternyata gangguan itu juga terjadi pada anjing-anjing yang dikirimkan ke misi-misi tempur.

Para awak Pangkalan Angkatan Udara Lackland di mana semua anjing perang dilatih, mengatakan mereka mulai melihat ada gejala stres pascatraum (PTSD, atau post-traumatic stress disorder) pada anjing-anjing itu.

"Dulu anjing-anjing ini sangat yakin atas tugasnya, tapi kini mereka malah menghindari kontak," kata Kolonel Kelly Mann, dokter hewan militer yang mengepalaio Holland Working Dog Hospital di Lackland, yang mempelajari sakit dan penyakit pada garnisun empat kaki di tubuh militer AS ini.

Gejala PTSD pada anjing sangat mirip dengan gejala serupa pada manusia, termasuk including reaksi kaget atas suara keras, serangan panisk, masalah tidur, dan kehilangan kemampuan sosial.

Mann mengatakan adalah tidak mengejutkan anjing-anjing juga menderita PTSD seperti juga dialami manusia.

"Mereka bekerja secara tandem dengan manusia, oleh karena itu mereka juga menghadapi masalah lingkungan dan tantangan yang sama," katanya kepada Reuters.

Anjing dilatih mencium bahan peledak dan senjata pemberontak, menjejak pasukan musuh, mencari tentara AS yang hilang atau melindungi tuannya.

Sekitar 500 anjing perang telah sukses dilatih Lackland setiap tahun.  Kebanyakan dari jenis Labrador, namun jenis lainnya seperti Malinois Belgia juga digunakan.

"Binatang-binatang ini adalah bagian dari keluarga Angkatan Udara, dan kami merasa mereka juga pantas mendapatkan perawatan terbaik akibat kondisi yang dideritanya di peperangan," kata Gerry Proctor dari Wing Latih ke-37 di Lackland.

"Anjing-anjing ini juga veteran, dan kami bertekad memberi mereka pelayanan yang sama dengan diterima para veteran AS."

Sekitar 5 persen anjing-anjing perang yang kembali dari misi tempur telah didiagnosis menderita PTSD, katanya.

Penerjemah: Jafar M Sidik
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2011