Ramallah, Tepi Barat (ANTARA News) - Presiden Palestina, Mahmud Abbas, menyeru kepada masyarakat internasional melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), agar menuntaskan kerusuhan di Timur Tengah dan melakukan tekanan mengekang Israel yang melanjutkan aksi serangan terhadap kelompok garis keras Palestina, Jumat (24/2). Menyusul terbunuhnya lima orang Palestina selama operasi militer Israel di kota Nablus, Tepi Barat, Kamis (25/2), tentara Israel menembak hingga tewas dua lagi orang Palestina di Jalur Gaza pada Kamis malamnya. Seorang anggota senior sayap bersenjata Hamas juga tewas ketika satu bahan peledak meledak sebelum waktunya. Kemenangan Hamas dalam pemilihan umum (pemilu) 25 Januari 2005 telah menambah suram tercapainya terobosan dalam proses perdamaian setelah lebih dari lima tahun kerusuhan, yang kini telah merenggut 4.967 jiwa. Penjabat Perdana Menteri (PM) Israel, Ehud Olmert, mengatakan kepada pemberi suara dari kalangan imigran Rusia, Kamis malam, kendati berkeinginan memajukan proses perdamaian, Hamas "bukanlah mitra bagi perdamaian" dan militer takkan mengendurkan operasi terhadap kelompok garis keras. Olmert sendiri akan mencalonkan diri dalam pemilihan umum bulan depan, karena PM Israel, Ariel Sharon, masih berada di rumah sakit pasca-stroke berat. "Hari ini, kami menyerang Nablus, pekan lalu kami menyerang Gaza dan sebelum itu Jenin, serta kami akan terus melakukannya di setiap tempat, dengan semua kekuatan kami dan tanpa kompromi," kata Olmert dalam sambutan di wilayh Nazareth, yang disiarkan oleh radio Israel, Jumat waktu setempat. Sementara itu, Avi Dichter, mantan kepala dinas keamanan internal Shin Beth dan anggota senior Partai Kadima, pimpinan Olmert, mengatakan bahwa PM Palestina terpilih, Ismail Haniya, takkan memperoleh kekebalan apa pun sehubungan dengan posisi barunya. "Saya tak melihat keadaan yang membuat Haniya menikmati kekebalan hanya karena ia adalah seorang perdana menteri," kata Dichter, yang akan memangku jabatan portofolio, jika Partai Kadima menang dalam pemilihan umum mendatang di Israel. Haniya diminta oleh Abbas awal pekan ini untuk membentuk pemerintah baru, setelah kemenangan besar Hamas dalam pemilu Palestina. Segera setelah meningkatkan ketegangan di lapangan, juru bicara Abbas mengungkapkan, Presiden Pemerintah Otonomi Palestina itu mendorong pelaksanaan sidang khusus Dewan Keamanan PBB. "Abu Mazen (Abbas) telah memulai kontak darurat guna meminta Dewan Keamanan bertemu sesegera mungkin guna membahas peningkatan aksi, dan pembunuhan oleh Israel," kata Juru Bicara Kantor Presiden Palestina, Nabil Abu Rudeina. "Presiden Abbas telah mengirim pesan kepada anggota kuartet --Uni Eropa, Rusia, PBB dan Amerika Serikat-- guna meminta mereka mencegah kerusuhan sesegera mungkin karena semua itu merusak gencatan senjata, sedangkan pimpinan Palestina itu sedang berusaha mempertahankannya," katanya. Hamas selama ini berada di belakang puluhan serangan bunuh diri selama lima tahun intifada Palestina, tapi tak satu pun terjadi dalam satu tahun terakhir ini. Organisasi pergerakan itu, yang telah menyampaikan komitmen bagi penghancuran Israel, telah meremehkan seruan Abbas untuk menyerahkan senjata mereka, dan terus menyampaikan "haknya untuk melawan" kendati menerima demokrasi. Namun, pemimpin Palestina tersebut dalam wawancaranya dengan televisi Israel pada Jumat mengatakan, Hamas mulai berusaha menghentikan serangan roket dari Jalur Gaza, dan mendesak Israel untuk memberi kelompok itu lebih banyak waktu guna menetapkan programnya bagi pemerintah. Abbas menegaskan bahwa tetap bertanggung jawab atas proses perdamaian dengan Israel. "Pembicaraan itu diselenggarakan atas nama Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), dan saya adalah wakilnya," katanya. Ketika berbicara saat pemakaman warga Palestina yang tewas pada Jumat malam di Kota Gaza, Ismail Haniya selaku calon perdana menteri Palestina dari Hamas mencela tindakan Israel meningkatkan operasinya. Ia mengatakan, hal itu mencerminkan strategi Zionis untuk mengekalkan ketidak-stabilan di wilayah tersebut, tapi tindakan semacam itu "tak dapat memecah-belah rakyat kita". Dua orang Palestina ditembak hingga tewas di Jalur Gaza, termasuk satu warga sipil yang sedang berusaha menerobos ke dalam wilayah Israel guna mencari kerja serta satu anggota organisasi payung, Komite Perlawanan Rakyat. Beberapa sumber di faksi itu mengatakan Mohammed Zeid Dukhan telah tewas sewaktu berusaha memasang bom di sebelah selatan wilayah tersebut. Ia adalah putra Abdelfattah Dukhan, salah satu pemimpin utama Hamas di Jalur Gaza. Abdelfattah terpilih sebagai anggota parlemen Palestina sebulan lalu. (*)

Oleh By Nasser Abu Bakr, AFP
Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006