Pekalongan (ANTARA News) - Kalangan pengusaha batik di Kota Pekalongan, kini makin terpuruk menyusul naikknya bahan baku dan biaya produksi batik, sementara situasi pangsa pasar terjadi kelesuan. Sejumlah pengusaha batik di Kota Pekalongan, Sabtu, mengungkapkan, saat ini usaha batik bisa dikatakan memasuki masa sulit dan situasi ini akan makin parah jika pemerintah jadi menaikkan Tarif Dasar Listrik (TDL). M Khilmi, salah seorang pengusaha batik mengatakan, saat ini sektor industri batik mengalami kelesuan akibat naikknya harga bahan baku dan obat batik yang mencapai 20 persen, dan situasi pasar lagi sepi. "Rata-rata dalam setiap bulan, kami hanya bisa menjual hasil produksi batik satu kodi saja, padahal sebelum adanya kenaikkan harga BBM, omzet penjualan batik mencapai puluhan kodi," kata pengusaha yang setiap harinya berdagang di Pasar Grosir Batik Banjarsari itu. Akibat adanya penurunan penjualan batik di Kota Pekalongan, lanjutnya, kini sebagian besar pedagang dan pengusaha batik menjual produksinya ke luar daerah seperti Kota Yogyakarta, Padang (Sumatra Barat), Solo, dan Jakarta. "Dalam kondisi seperti sat ini, kami harus pandai mencari peluang untuk menjual barang dagangannya, apabila tidak ingin gulung tikar," ujarnya. Rohmatika, salah pengusaha batiik lainnya, mengungkapkan, bahwa saat ini pihaknya tidak berani spekulasi memproduksi batik dalam jumlah yang besar sebab takut merugi. "Naiknya harga bahan baku, dan biaya produski serta obat batik memang sangat memukul kalangan pengusaha batik sehingga kami menurunkan produski batik," katanya. Sekretaris Assosiasi Eksportir, Produsen Kerajinan Tangan Batik dan Tenun BPC Kota Pekalongan, Arif Wicaksono mengakui, akibat adanya kenaikkan harga BBM dan rencana kenaikkan tarif dasar listrik akan memicu terpuruknya pengusaha batik lokal di Kota Pekalongan.(*)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006