Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS yang diperdagangkan pada Senin pagi melemah 45 poin dipicu positifnya data pengangguran AS.

Nilai tukar mata uang rupiah yang ditransaksi antarbank di Jakarta Senin pagi bergerak melemah 45 poin ke posisi Rp9.050 dibanding sebelumnya Rp9.005.

"Setelah sebelumnya sempat menguat tajam, mata uang Asia kembali tertekan, termasuk rupiah. Dolar AS menguat menyambut positif turunnya angka pengangguran di AS," analis pasar uang Samuel Sekuritas , Lana Soelistianingsih di Jakarta, Senin.

Lana Soelistianingsih mengemukakan, tingkat pengangguran di AS untuk bulan November turun dari sembilan persen menjadi 8,6 persen, terendah sejak Maret 2009.

"Perbaikan angka pengangguran ini diluar perkiraan dan membuat keyakinan investor terhadap ekonomi AS yang menunjukkan tanda-tanda perbaikan yang lebih cepat sehingga menguatkan mata uangnya," kata dia.

Turunnya tingkat pengangguran itu, lanjut dia, didukung oleh perbaikan data sebelumnya yaitu naiknya keyakinan konsumen, meningkatnya indeks manufaktur.

"Diantara perusahaan yang menambah lapangan kerja baru adalah Boeing Co, yang setiap minggunya menambah 100 orang mekanik untuk mengejar produksi," ujar Lana.

Ia mengatakan, diantara produksi tersebut adalah 230 pesawat pesanan Lion Air Indonesia senilai 37,7 miliar dolar AS.

"Perbaikan data pengangguran ini untuk mendesak Kongres AS menyetujui pemotongan pajak pendapatan yang diperlukan untuk menjaga momentum pertumbuhan dan menurunkan lagi tingkat pengangguran," kata dia.

Sementara itu, pengamat pasar uang Bank Himpunan Saudara, Rully Nova menambahkan, permintaan dolar AS meningkat dipicu beberapa negara dunia yang membutuhkan pembiayan dalam bentuk mata uang doar AS.

"Permintaan dolar AS meningkat beberapa negara tengah membutuhkan pembiayaan dalam bentuk dolar AS," kata Rully

Ia mengatakan, perekonomian AS yang menunjukkan perbaikkan mendorong investor valutas asing kembali menempatkan dananya pada mata uang dolar AS dibanding mata uang lainnya.
(ZMF/A011)

Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2011