Lubang hitam itu berjarak sekitar 27.000 tahun cahaya dari Bumi, dan berukuran empat juta kali lebih besar dari Matahari, menurut tim astronom.
Los Angeles (ANTARA) - Tim astronom mengungkap gambar pertama lubang hitam supermasif di pusat galaksi Bima Sakti pada Kamis (12/5).

Gambar itu diproduksi oleh sebuah tim penelitian global yang dinamai Event Horizon Telescope (EHT), menggunakan observasi dari jaringan teleskop radio di seluruh dunia.

Gambar itu merupakan bukti visual langsung pertama yang mengonfirmasi keberadaan lubang hitam, yang dikenal sebagai Sagittarius A*, di pusat galaksi Bima Sakti, ujar National Science Foundation (NSF) Amerika Serikat (AS) dalam sebuah rilis.

Lubang hitam itu berjarak sekitar 27.000 tahun cahaya dari Bumi, dan berukuran empat juta kali lebih besar dari Matahari, menurut tim astronom.

Upaya untuk mengungkap gambar pertama lubang hitam itu dilakukan lewat kecerdikan 300 lebih peneliti dari 80 institut di seluruh dunia yang bersama-sama membentuk EHT Collaboration, kata NSF.

"Meski kami tidak dapat mengamati lubang hitam itu sendiri, karena benar-benar gelap, gas bercahaya di sekitar lubang hitam itu mengungkap sebuah tanda khusus: area tengah yang gelap, yang disebut 'bayangan', (dan) dikelilingi oleh struktur seperti cincin yang terang," imbuh NSF.

Tampilan baru itu menangkap cahaya yang dibelokkan oleh gravitasi yang kuat pada lubang hitam tersebut.

"Kami takjub dengan betapa cocoknya ukuran cincin itu yang sesuai dengan prediksi dari Teori Relativitas Umum Einstein," kata ilmuwan Proyek EHT Geoffrey Bower.

"Observasi yang tidak pernah dilakukan sebelumnya ini benar-benar meningkatkan pemahaman kami mengenai apa yang terjadi di pusat galaksi kita dan memberikan wawasan baru tentang bagaimana lubang hitam raksasa tersebut berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya," ujar Bower.

Terobosan itu mengikuti perilisan gambar pertama sebuah lubang hitam, yang dinamai M87*, di pusat galaksi Messier 87 yang berlokasi lebih jauh, oleh EHT Collaboration pada 2019 lalu.

"Kini, kami dapat mempelajari perbedaan antara dua lubang hitam supermasif itu untuk memperoleh petunjuk baru yang berharga terkait bagaimana proses penting ini bekerja," kata ilmuwan EHT Keiichi Asada.

"Kami memiliki gambar dua lubang hitam, dengan yang satu berukuran besar dan lainnya berukuran kecil dari lubang-lubang hitam supermasif di alam semesta, sehingga kami bisa melangkah lebih jauh dalam menguji bagaimana gravitasi bereaksi di lingkungan-lingkungan ekstrem tersebut dibandingkan sebelumnya," menurut Asada.

Tim ilmuwan mulai menggunakan data baru itu untuk menguji sejumlah teori dan model bagaimana gas bereaksi di sekeliling lubang hitam supermasif. Proses ini belum dipahami sepenuhnya namun diperkirakan berperan penting dalam pembentukan formasi dan evolusi galaksi, menurut NSF.
 

Pewarta: Xinhua
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2022