Solo (ANTARA News) - Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia mendorong batik dan sejumlah produk asli Indonesia menjadi ikon Indonesia di pergaulan internasional guna meningkatkan daya tarik wisata asing. Hal itu dikemukakan Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Industri, Teknologi, dan Kelautan, Rachmat Gobel, pada pertemuan dengan Yayasan Warna Warni yang dipimpin Krisnina A Tanjung dan pengusaha batik Kampung Laweyan, Solo, Jawa Tengah, Sabtu malam. "Sejumlah produk original harus kita angkat menjadi 'ikon' produk Indonesia di dunia karena mulai sekarang sampai lima atau 10 tahun mendatang kita tidak hanya bicara pasar domestik, sehingga kita harus punya ciri di dunia," ujar Rachmat. Dikatakannya, sejumlah industri manufaktur besar yang ada di Indonesia, seperti elektronika dan manufaktur tidak bisa dijadikan 'ikon' Indonesia karena kebanyakan mereka dimiliki asing. "Produk original Indonesia yang bisa diangkat antara lain, batik, tenun ikat, jamu-jamuan, kerajinan berbasis kayu, rotan, besi, dan lain-lain," kata Rachmat. Dijelaskannya, kalau orang ingin memiliki batik yang bagus, misalnya produknya harus datang dari Indonesia, bukan negara lain. Ia juga mengingatkan para pengrajin dan pengusaha batik maupun produk asli Indonesia yang memiliki nilai budaya agar mematenkan produk dan merek mereka, sehingga tidak bisa dicuri orang lain atau bahkan negara lain. "Jangan sampai misalnya nama Kopi Bali dipatenkan orang Jepang dan Menado menjadi nama kosmetik di Jepang karena Menado terkenal dengan perempuannya yang cantik," ujar Rachmat. Dikatakannya pula, Kadin akan mendorong Kerjasama Ekonomi Indonesia-Jepang (EPA), memperhatikan dan memberi bantuan teknis dalam peningkatan kualitas produk asli Indonesia. Semangat sama Rachmat juga mendorong usaha kecil dan menengah (UKM) agar jangan terlena dengan kesulitan ekonomi lndonesia, sehingga melemahkan inovasi dan kreatifitas. "Jangan hal itu membuat kita tidak punya kekuatan, sehingga kemudian kita ketinggalan di perdagangan bebas dunia," ujarnya. Menurut dia, dengan melemahnya daya beli, UKM khususnya batik harus mulai membidik pasar kelas menengah atas dibanding produk massal, sehingga bisa bertahan. Ia optimis tujuan menjadikan batik maupun produk lainnya menjadi "ikon" Indonesia akan tercapai. "Asal semangat sama, mimpi bisa diwujudkan," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006