Jakarta (ANTARA News) - Ekonom Universitas Gajah Mada A Tony Prasetyantono menilai ekonomi Indonesia pada 2012 akan tetap mengalami pertumbuhan yang cukup tinggi di kisaran 6,0 persen hingga 6,3 persen.

"Pada tahun 2012, sekalipun krisis global akan memperlambat pertumbuhan, setidaknya hingga semester dua tahun depan, perekonomian Indonesia akan tetap mampu tumbuh 6,0 persen hingga 6,3 persen," kata Tony di Jakarta, Rabu.

Menurutnya, penguatan pasar domestik dan penguatan ekspor produk primer serta kokohnya sektor finansial merupakan kunci utama yang akan menjadikan ekonomi Indonesia terselamatkan dari krisis yang saat ini tenga melanda zona eropa.

Saat ini, struktur Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia masih cenderung ke arah konsumsi rumah tangga yang menyumbang 60 persen dari PDB Indonesia. Sehingga, domestik market dengan daya beli yang baik akan mendorong pertumbuhan ekonomi 4,0 persen hingga 4,5 persen.

"Kita masih bisa tumbuh 4,5 persen hanya dengan konsumsi domestik, potensi pasar domestik yang kuat setidaknya bisa menjamin pertumbuhan, ditambah lagi saat ini CAR (rasio permodalan) perbankan kita saat ini sekitar 16,7 persen dan Non Performing Loan (rasio kredit bermasalah) 2,7 persen, ini akan menjadi benteng yang akan menghindarkan Indonesia dari krisis ekonomi global," ujarnya.

Ditambahkannya, krisis ekonomi global akibat masalah perekonomian di kawasan Eropa hingga saat ini masih dalam situasi yang penuh dengan ketidakpastian dan belum menentu penyelesaiannya.

Karena alasan tersebut, pasar cenderung nervous dan memindah portofolionya dalam bentuk dolar AS. Hal ini yang menyebabkan terjadinya penurunan cadangan devisa serta pelemahan nilai tukar rupiah.

Pasar masih memilih dolar AS karena mata uang yang satu ini masih dianggap sebagai mata uang paling kuat dan stabil di dunia.

"Tapi, kondisi ini sifatnya sementara, saya yakin rupiah akan menguat lagi ke level psikologis, yakni pada kisaran Rp9000 per dolar AS," katanya.

(ANT-135/B012)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011