Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat "menyampaikan kekecewaannya", Kamis (8/12), sehubungan dengan kegiatan permukiman Yahudi, setelah disetujuinya pembangunan daerah kantung baru Yahudi di Jerusalem Timur --yang dicaplok Yahudi.

Namun, Departemen Luar Negeri AS juga menyatakan Amerika menentang seruan oleh Palestina untuk membawa masalah tersebut ke Dewan Keamanan PBB, tempat Washington pada Februari memveto resolusi yang mengutuk permukiman Yahudi, lapor AFP.

"Kami kecewa oleh pengumuman baru-baru ini di Jerusalem dan kami telah membahas masalah ini dengan pemerintah Israel dan terus membuat keprihatinan kami tersebut diketahui," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Mark Toner kepada wartawan.

"(Namun) sebagaimana telah kami katakan, kami tak percaya ada jawaban yang tersimpan dalam menapaki jalan menuju PBB bagi Pemerintah Otonomi Palestina. Satu-satunya cara untuk mencapai tujuan mereka, negara merdeka, ialah melalui meja perundingan." katanya.

"Tak satu pun dari kedua tindakan ini membawa kita ke tempat kita harus beranjak," kata Toner mengenai permukiman dan resolusi PBB, sebagaimana dikutip AFP --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Jumat pagi.

Pada Rabu, Israel menyetujui proyek 14-rumah di Maale David di jantung permukiman Palestina di kota suci tersebut, yang dipandang oleh Yahudi sebagai ibu-kotanya yang tak bisa dibagi, kata stasiun televisi milik negara Channel One.

Pemimpin Palestina mengatakan mereka akan mengupayakan pertemuan Dewan Keamanan PBB mengenai permukiman Yahudi, yang digambarkan oleh perunding Palestina Saeb Erakat sebagai upaya untuk menghalangi penyelesaian dua-negara.

Dalam langkah sensitif lain, dewan kota Jerusalem telah memerintahkan penutupan satu jalan masuk beratap kayu ke kompleks Masjid Al-Aqsha, tempat suci ketiga umat Muslim.

Lorong Mughrabi di pusat kompleks yang menghubungkan kota itu dengan kelompok pemukim Muslim dan Yahudi yang masing-masing menghadap ke plaza Tembok Barat (Tembok Ratapan) di kompleks Masjid Al-Aqsha.

Pernyataan Departemen Luar Negeri AS tersebut dikeluarkan saat pesaing Presiden Barak Obama dari Partai Republik dengan keras mengecam kebijakannya mengenai Timur Tengah, dan menggambarkan dia sebagai "anti-Israel" sebelum pemilihan presiden tahun depan. (C003)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011