Pekanbaru (ANTARA News) - Sekjen PB Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia, Muammarullah Umam, menyatakan, isu tentang pemberantasan korupsi di Indonesia seolah telah jadi komoditi keseharian pihak tertentu, sehingga cenderung mulai membosankan publik, karena tak berbanding lurus dengan realitas penanganannya.

"Isu ini sudah bukan hal asing lagi untuk didengar dan diperbincangkan. Tetapi isu pemberantasan korupsi di negera ini hanya hangat diperbincangkan di berbagai kalangan, tetapi tak pernah tercapai kesepahaman mengatasinya," katanya kepada ANTARA Pekanbaru, Minggu.

Ia mengatakan itu melalui jejaring komunikasi, masih terkait dengan peringatan Hari Anti Korupsi se-Dunia yang diperingati pada hari Jumat (9/12) lalu.

"Khan sudah nyata di mana-mana, isu pemberantasan korupsi ini tidak berbanding lurus dengan aktivitas konkret," ujarnya lagi.

Dikatakannya, kini ada sebagian masyarakat kita mulai pesimis dengan sikap dan perilaku elite penguasa maupun aparat penegak hukum yang hanya mementingkan wacana demi pencitraan belaka, tanpa bukti kerja nyata.

"Pemberantasan korupsi yang sebenar-benarnya tidak pernah terwujud. Makanya publik mulai menganggap bahwa lembaga-lembaga penegak hukum bangsa ini sudah tidak dapat dipercaya lagi," tandasnya.


Penyelesaian Secara Kompromistik

Muammarullah Umam menambahkan, dengan banyak kasus korupsi yang tidak terselesaikan secara tuntas, atau penyelesaiannya terkesan kompromistik, bahkan saling tuding antar lembaga Negara, membuat publik semakin bosan.

"Khan banyak bukti, kasus tertentu hanya stop sampai pada si A, tidak terus ke si S, artinya tidak tuntas. Atau penyelesaiannya terperangkap pada politik saling sandera, sehingga terkesan kompromistik," ungkapnya.

Belum lagi, menurutnya, semakin gampang antar lembaga saling tuding, bahkan ada aktivitas korupsi yang sengaja dibiarkan, karena para pelaku dianggap kebal hukum di beberapa partai maupun kementerian serta institusi tertentu.

Karena itu, ia tak heran jika banyak juga kini di lingkup publik mulai berpendapat, pemberantasan korupsi itu sangat mungkin terwujud dengan iktikad baik, jika dilakukan secara berjamaah melibatkan seluruh elemen bangsa maupun massa rakyat Indonesia.

"Bahkan ekstremnya, ada juga sebagian masyarakat yang sudah acuh terhadap fenomena pemberantasan korupsi, karena mereka sudah tidak lagi peduli terhadap (sikap pejabat) cuma suka berwacana atau memanfaatkan program pemberantasan korupsi demi pencitraan diri," tuturnya.

Yang paling berbahaya, demikian Muammarullah Umam, jika mulai muncul sikap publik, seolah pemberantasan korupsi itu tidak akan mengubah nasih mereka. (ANT-326/M036)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2011