Jakarta (ANTARA News) - Sejumlah kasus bom yang terjadi di tanah air harus menyadarkan seluruh komponen bangsa, bahwa ancaman terorisme sangat nyata, sehingga penanganan terorisme bukanlah tugas dan tanggung jawab pemerintahan semata, namun juga harus melibatkan seluruh masyarakat, kata Kapolri, Jenderal Pol. Sutanto. "Serangan terorisme sulit sekali diprediksi, sebab para teroris mempunyai perhitungan yang sangat matang mengenai waktu dan lokasi sasaran, sehingga seringkali luput dari pengawasan kita," katanya dalam seminar "Menggalang Kerjasama Memerangi Terorisme, Khususnya Bom Bunuh Diri" di Jakarta, Senin. Namun, lanjut dia, bagaimana pun upaya yang paling penting dalam pencegahan dan pemberantasan terorisme adalah keterlibatan seluruh komponen masyarakat untuk ikut serta memberikan informasi tentang berbagai hal mengenai terorisme. Sementara itu, ia menilai, untuk mencegah semakin meningkatnya terorisme, terutama aksi bom bunuh diri yang menjadi modus populer dalam sejumlah kejadian pengeboman yang terjadi di Indonesia harus mengkaji akar permasalahan, agar mendapat solusi yang tepat untuk menanggulanginya. "Modus ini erat kaitannya dengan keyakinan bahwa tujuan dari kejahatan tersebut adalah mulia, yakni mati sahid, sehingga para pelaku tidak merasa telah melakukan kejahatan, bahkan menganggap dirinya adalah pahlawan," ujarnya. Dia mengatakan, meski membutuhkan waktu yang cukup lama dalam proses rekrutmen para pelaku bom bunuh diri karena harus mampu membangun keyakinan bahwa tujuan pengeboman yang dilakukan adalah baik, namun karena tingkat kegagalan relatif kecil maka modus bom bunuh diri akan tetap meningkat. "Selain itu biaya yang dibutuhkan untuk menjalankan aksi tersebut relatif kecil, peralatan yang digunakan juga tidak terlalu canggih, namun dapat menimbulkan dampak yang dasyat, sehingga modus ini akan masih menjadi pilihan untuk menjalankan aksi teror," demikian Sutanto. Seminar internasional yang dibuka oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu dihadiri sekitar 45 negara, yang meliputi Asia, Eropa, Amerika Serikat (AS), Australia, dan Timur Tengah. (*)

Editor: Priyambodo RH
Copyright © ANTARA 2006