Ternate (ANTARA News) - Gempa tremor masih terus terjadi di Gunung Gamalama, sekaligus memberi indikator bahwa gunung yang terletak di Kota Ternate, Maluku Utara itu masih menunjukkan aktivitas vulkanik.

Kepala Sub Bidang Pengamatan dan Penyelidikan Gunung Api Wilayah Timur Kristianto mengatakan di Ternate, Selasa, gempa tremor yang terjadi di Gunung Gamalama dari pukul 12.00 WIT-18.00 WIT tercatat dengan amplitude 0,5-1,5 mm.

Sedangkan gempa hembusan yang terjadi di gunung setinggi 1.700 meter dari permukaan laut pada kurun waktu yang sama tercatat sebanyak 29 kali dan satu kali gempa tektonik.

Gempa tektonik jauh dengan skala II MMI terjadi pada pukul 16.53 WIT dengan amplitude 47 mm dan lama gempa selama 420 detik.

Sedangkan pengamatan visual di gunung yang meletus pada Minggu malam itu terlihat hembusan asap tebat setinggi 50-75 meter, sementara semburan abu vulkanik tidak terjadi.

"Hari ini tidak terjadi letusan Gunung Gamalama, tapi belum bisa diprediksi apakah selanjutnya tidak akan terjadi letusan di gunung itu, karena aktivitas vulkanik gunung api tidak bisa ditebak," katanya.

Pada Senin petang kemarin di gunung itu sempat terjadi empat kali letusan disertai dentuman dan semburan abu vulkanik setinggi 500-1000 meter, sehingga membuat panik masyarakat setempat.

Ia mengatakan, terjadinya lagi letusan abu vulkanik di Gunung Gamalama itu menunjukkan bahwa aktivitas vulkanik di gunung itu masih terus berlangsung.

Namun, status gunung yang juga pernah meletus pada 2003 tersebut masih dalam status siaga level III dan belum bisa diprediksi apakah statusnya itu akan turun atau sebaliknya.

"Kami mengimbau kepada masyarakat di Ternate untuk tetap tenang dan jangan mudah percaya kepada berbagai isu yang tidak jelas mengenai Gunung Gamalama, namun harus tetap waspada karena aktivitas vulkanik gunung itu sulit diprediksi," katanya.

Meletusnya lagi Gunung Gamalama tersebut membuat banyak warga di Ternate, terutama yang berada di lereng gunung itu panic, namun tidak ada yang sampai mengungsi.

(T.KR-AF/R010)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011