Perlu diwaspadai, namun tidak perlu panik berlebihan
Jakarta (ANTARA) - Anggota Komisi XI DPR RI Heri Gunawan mengajak berbagai kalangan untuk menyikapi secara bijak tantangan inflasi yang sudah di depan mata sehingga tidak perlu ada kecemasan berlebihan di tengah masyarakat.

"Perlu diwaspadai, namun tidak perlu panik berlebihan. Angka inflasi 5-6 persen sejatinya masih moderat. Hal tersebut lantaran masih stabilnya harga pangan dan nilai tukar rupiah yang didukung masih kuatnya cadangan devisa hasil dari surplus perdagangan selama 23 bulan berturut-turut," kata Heri Gunawan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis.

Ia mengemukakan sejumlah pihak memperkirakan bahwa tingkat inflasi Indonesia pada 2022 meningkat di atas 5-6 persen. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, tingkat inflasi per April 2022 telah mencapai 3,47 persen secara tahunan.

DPR dan pemerintah, ujar dia, telah sepakat menetapkan inflasi 2022 pada rentang 2-4 persen. Jika angka inflasi melebihi yang ditetapkan, maka perlu penguatan daya beli masyarakat dan menjamin ketersediaan barang.

Ia berpendapat bahwa kenaikan inflasi sebetulnya menunjukkan pulihnya daya beli masyarakat setelah dua tahun melemah akibat pandemi COVID-19. Penguatan daya beli dinilai membuktikan pula upaya pemulihan ekonomi nasional sudah relatif membuahkan hasil.

Ia juga menyebutkan bahwa negara-negara yang selama ini jadi mitra dagang Indonesia juga mengalami inflasi. Misalnya, Amerika mengalami inflasi sebesar 8,3 persen (year on year/yoy) atau secara tahunan pada April 2022, Uni Eropa mengalami inflasi sebesar 7,5 persen (yoy) pada Maret 2022, dan China telah mencatatkan inflasi sebesar 2,1 persen (yoy) pada April 2022 yang merupakan level tertinggi sejak November 2021.

“Tidak hanya itu, IMF juga menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi global pada 2022 dari 4,4 persen menjadi 3,6 persen, dengan inflasi yang diperkirakan meningkat dari 3,9 persen menjadi 5,7 persen untuk kelompok negara maju, dan dari 5,9 persen menjadi 8,7 persen untuk kelompok negara berkembang,” urainya.

Di sinilah, lanjutnya, prediksi angka inflasi di Indonesia dapat mencapai 5-6 persen pada 2022. Untuk itu, rakyat kecil harus diselamatkan dari dampak kenaikan harga dengan memperkuat program perlindungan sosial guna memperkuat daya beli masyarakat dan bukti negara hadir di tengah rakyat menghadapi tantangan inflasi.

Heri Gunawan menambahkan solusi yang tidak kalah penting yaitu meningkatkan investasi untuk menanggulangi potensi terjadinya PHK dan meningkatnya pengangguran sebagai salah satu dampak inflasi.

Sebagaimana diwartakan, Kementerian Keuangan terus memantau stabilitas harga serta ketersediaan kebutuhan pangan pokok dan energi dalam rangka mengontrol tingkat inflasi dalam negeri seiring terjadinya disrupsi perdagangan global.

“Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menjaga kestabilan harga dan kecukupan ketersediaan kebutuhan pangan pokok dan energi,” kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Febrio Kacaribu di Jakarta, Rabu (18/5).

Febrio menyatakan langkah itu harus dilakukan mengingat lonjakan kenaikan harga komoditas khususnya energi dan pangan berpotensi mendorong kenaikan inflasi Indonesia.

Ia memastikan berbagai upaya telah dilakukan pemerintah termasuk memberikan bantalan kebijakan berupa bantuan sosial minyak goreng untuk kelompok berpendapatan rendah.

Baca juga: DBS tingkatkan proyeksi inflasi Indonesia jadi 3,6 persen di 2022
Baca juga: Ekonom UI: Pemulihan ekonomi harus akomodasi penciptaan lapangan kerja
Baca juga: Kadin: Peningkatan ekonomi RI salah satu syarat hadapi inflasi global

Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2022