Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS di pasar spot antar-bank Jakarta, Selasa pagi, menguat menjadi Rp9.220/9.225 (Pkl 10.00) per dolar AS, dibandingkan dengan posisi penutupan hari sebelumnya pada Rp9.235/9.252, atau mengalami kenaikan sebanyak 15 poin, meski yen melemah terhadap dolar AS. "Menguatnya rupiah terhadap dolar AS, karena investor asing masih aktif melakukan pembelian saham dan porfotofolio seperti obligasi," kata Direktur Pemasaran PT Bank Mega Tbk, Kostaman Thayib, di Jakarta, Selasa. Ia mengatakan investor terus melakukan aksi beli saham, sehingga total transaksi perdagangan di bursa saham tetap tinggi. Sentimen positif itu masih mendukung pergerakan rupiah terhadap dolar AS, meski mata uang asing itu di pasar global menguat terhadap yen, katanya. Kondisi seperti ini, menurut dia, akan terus berlangsung hingga penutupan pasar sore nanti, meski pemerintah disibukkan dengan masalah perburuhan yang terus terjadi seperti unjukrasa buruh Maspion yang menuntut kenaikan gaji. Apabila kasus buruh Maspion dan SUTET terus berlanjut, dikhawatirkan akan mengganggu pergerakan rupiah yang diperkirakan akan bisa menembus level Rp9.220 per dolar AS, katanya. Kostaman mengemukakan pemerintah juga harus segera mengatasi hal ini dan melakukan kebijakan yang benar melindungi rakyat. Apabila semua ini dapat diatasi dengan baik, maka stabilitas politik dan kepastian hukum dapat terlihat dengan baik yang akan menarik investor asing masuk pasar Indonesia, karena selama ini mereka cenderung bersikap "wait and see", katanya. Kenaikan rupiah itu memang sudah diperkirakan, setelah sebelumnya melemah, akibat aksi lepas mata uang lokal itu oleh pelaku lokal dalam upaya mencari untung, kata analis valas PT Bank Himpunan Saudara (HS) 1906, Yusuf. Menurut Yusuf, pasar masih positif terhadap rupiah yang didukung tingginya minat investor asing bermain di pasar modal. "Kami memperkirakan rupiah akan tetap menguat hingga penutupan nanti sore dan menembus level Rp9.220 per dolar AS," katanya. (*)

Copyright © ANTARA 2006