Jakarta (ANTARA News) - Badan Pelaksana Hulu Minyak dan Gas Bumi (BP Migas) mengungkapkan, penerimaan negara dari hasil kegiatan hulu minyak dan gas bumi tahun 2011 mencapai 34,4 miliar dolar AS.

Kepala BP Migas R Priyono di Jakarta, Jumat mengatakan, penerimaan periode itu 29,8 persen lebih tinggi dibandingkan 2010 yang mencapai 26,5 miliar dolar AS.

"Pencapaian penerimaan negara ini merupakan upaya kami memberikan kontribusi bagi pembangunan dan pertumbuhan ekonomi Indonesia," katanya.

Angka penerimaan itu merupakan periode Desember 2010 hingga November 2011 sesuai asumsi APBN.

Priyono mengatakan, produksi minyak dan gas bumi nasional di 2011 mencapai 2,4 juta barel setara minyak per hari yang terdiri dari 903.441 barel minyak per hari dan gas sebesar 1,5 juta barel setara minyak.

Produksi minyak tersebut lebih rendah dari target APBN Perubahan 2011 sebesar 945.000 barel per hari.

Pada 2010, produksi minyak 2,5 juta barel setara minyak per hari yang terdiri dari minyak 944.898 barel dan gas 1,58 juta barel.

Meski produksi migas lebih rendah dibandingkan 2010, namun penerimaan bisa lebih besar dikarenakan harga minyak yang lebih tinggi.

Menurut Priyono, sejumlah kontraktor kontrak kerja sama (KKKS) mencapai target produksi minyak 2011 antara lain Hess (Indonesia Pangkah) Ltd, PT Pertamina Hulu Energi ONWJ, dan Medco EP Indonesia (S&C Sumatera).

Sementara, sejumlah KKKS yang belum mencapai target produksi antara lain Total E&P Indonesie, PT Pertamina EP, dan CNOOC SES.

Ia mengatakan, sepanjang 2011, terdapat 1.234 gangguan nonteknis yang termasuk kendala eksternal pencapaian target produksi migas.

"Sebagian besar berada di luar kemampuan kami dan lintas sektoral antara lain pencurian peralatan migas yang mencapai 648 kasus, kemudian gangguan operasi non teknis seperti unjuk rasa, sabotase, penghentian kegiatan, ancaman dan lainnya mencapai 586 kasus," ujarnya.

Tahun 2010, gangguan nonteknis mencapai 756 kasus yang terdiri dari pencurian peralatan migas 493 kasus dan gangguan nonteknis operasional migas lainnya 263 kasus.

Gangguan nonteknis lainnya yang membuat potensi produksi menjadi terkendala adalah cuaca buruk yang membuat pengentalan minyak di pipa milik PT Chevron Pacific Indonesia, tidak jelasnya perpanjangan kontrak Blok West Madura Offshore, kebakaran FSO Lentera Bangsa milik PT Trada Maritim Tbk, dan gangguan hose/riser di Kangean Energy, Star Energy dan Camar Resources karena cuaca.

Sementara, kendala teknis yang dihadapi antara lain kerusakan pipa lifting dan kompresor di Lapangan Udang Alfa dan Bravo dan gangguan lifting Sumur BN-18 di lapangan Bunyu yang dikelola Pertamina EP.

Kemudian, Total E&P Indonesia mengalami gangguan teknis berupa kerusakan kompresor dibeberapa lapangan dan belum kembalinya produksi normal Lapangan Tunu setelah pemeliharaan besar di Juni-Juli 2011.

"Namun, kami melampaui target pengeboran eksploitasi pada tahun ini yang mencapai 970 dari target 895 sumur," ujarnya.

Priyono menambahkan, saat ini, terdapat 275 wilayah kerja yang terdiri dari produksi 72 dan eksplorasi 203.

"Sebanyak 10 blok eksplorasi dalam proses terminasi," katanya.

Selanjutnya, dari blok eksplorasi itu, 39 merupakan gas metana batubara (coal bed methane) dan aktif 154 wilayah kerja.

(T.K007/E008)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011