Yogyakarta (ANTARA News) - Warga yang tinggal di sekitar Gunung Sindoro di perbatasan Kabupaten Temanggung-Wonosobo, Jawa Tengah, belum perlu mengungsi karena aktivitas gunung itu belum membahayakan, kata Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Syamsul Ma`arif.

"Kami terus memantau bersama Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) mengenai aktivitas terkini Gunung Sindoro. Aktivitasnya saat ini belum membahayakan, sehingga warga belum waktunya mengungsi," katanya di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat.

Menurut dia di sela penandatanganan nota kesepahaman antara Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dengan UGM, BNPB mengalokasikan dana sebesar Rp500 juta untuk menanggulangi bencana erupsi Gunung Sindoro dalam bentuk uang dan barang.

"Namun, kami tetap meminta Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jawa Tengah memberikan sosialisasi kepada masyarakat yang dipadukan dengan kepercayaan masyarakat di tempat tersebut," katanya.

Ia mengatakan sosialisasi harus dipadukan dengan kepercayaan yang berkembang agar masyarakat mudah dan cepat memahami. Hal itu perlu dilakukan karena masyarakat menghormati dan mempercayai tokoh setempat.

"BNPB sebelumnya sudah mengirimkan makanan siap saji dan tenda untuk kebutuhan tanggap darurat," kata Syamsul.

Penandatanganan nota kesepahaman yang dilakukan Rektor UGM Sudjarwadi dan Kepala BNPB Syamsul Ma`arif itu menandai kerja sama kedua institusi tersebut. UGM dan BNPB menjalin kerja sama pendirian "Center of Excellence" pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang kebencanaan dan penanggulangan bencana di Indonesia.

"Kerja sama yang dilakukan meliputi pelaksanaan perencanaan, pemrograman, dan penelitian yang berkaitan dengan kebencanaan dan penanggulangan bencana. Selain itu, juga melaksanakan kegiatan bersama dan terpadu untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi bidang kebencanaan," kata Syamsul.

Ia mengatakan, perguruan tinggi memiliki peranan yang cukup penting dalam upaya penanggulangan bencana. Sedikitnya terdapat empat bidang yang bisa dilakukan oleh perguruan tinggi dalam upaya penanggulangan bencana.

Empat bidang itu adalah sebagai pelaku penelitian kebencanaan, konsultan kebencanaan, mitra dalam penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD), dan dalam pengembangan produk-produk teknologi untuk mitigasi bencana.

"Melalui kerja sama itu hasil-hasil yang dikembangkan oleh UGM diharapkan bisa dikembangkan bersama-sama dalam usaha penanggulangan bencana," katanya.

Menurut dia, upaya penanggulangan bencana di Indonesia selama ini masih bersifat seragam antarberbagai pihak. Misalnya, dari 37 kementrian di Indonesia belum memperlihatkan kekhasan masing-masing dalam menangani bencana.

"Setiap ada bencana dari mana-mana mengajukan perahu karet. Ke depan diharapkan setiap lembaga mempunyai kekhasan dalam setiap penanganan bencana," katanya.

Sudjarwadi mengatakan, UGM sebagai perguruan tinggi berkeinginan untuk membantu menyiapkan masyarakat yang tanggap bencana. Melalui kerja sama dengan BNPB diharapkan mampu meningkatkan kemampuan bersama dalam perencanaan dan pelaksanaan penanggulangan bencana di Indonesia yang bisa bermanfaat untuk mayarakat secara luas.

"Dengan kerja sama itu diharapakan bisa meningkatkan sinergi untuk kemanfaatan masyarakat, bangsa, dan negara dalam penanganan kebencanaan," katanya.

(L.B015*H010/M008)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011