Mamuju (ANTARA News) - Anggota DPRD Kabupaten Mamuju Provinsi Sulawesi Barat Hajrul Malik menegaskan Islam bukan merupakan paham radikal yang identik dengan kekerasan tetapi Islam itu adalah agama yang membawa kedamaian kesejukan dan toleran.

"Akhir-akhir ini muncul isu bernuansa agama yang cukup menonjol, seperti Ahmadiyah, bom Masjid Cirebon dan perekrutan anggota Negara Islam Indonesia (NII), yang justru isu itu tidak membawa kedamaian, kesejukan serta toleran, tetapi anggapan Islam itu adalah agama keras, memaksa dan intoleran," kata Hajrul Malik di Mamuju, Sabtu.

Dia mengatakan itu, dalam acara seminar tentang peranan organisasi masyarakat dalam penguatan nilai-nilai Islam sebagai agama yang rahmatil lil alamin dan menangkal radikalisme mengatasnamakan agama.

Hajrul mengatakan, kondisi seperti itu yang disebut munculnya sikap radikalisme agama cukup menggelisahkan banyak pihak karena membuat rasa takut dan saling mencurigai dan banyak lagi sikap yang timbul yang tidak disukai banyak orang.

"Seperti misalnya pada saat perekrutan NII banyak orang tua yang khawatir anaknya terkena pencucian otak dari orang orang yang punya paham radikal yang menganggap agamanya sendiri yang benar, sedangkan lain salah," katanya.

Ia mengatakan, sikap seperti itu membuat orang yang berpaham radikal memaksakan orang mengikuti keyakinannya, bahkan dalam memaksakan keyakinannya itu tidak segan melakukan kekerasan bahkan dengan menggunakan Bom.

Oleh karena itu ia mengatakan, sikap radikalisme agama yang dibawa orang yang pintar seperti itu, harus ditangkal khususnya sikap yang mengarah pada pihak yang tidak memiliki ketahanan kokoh pada dirinya yang tidak memahami nilai dari ajaran Islam, karena akan turut radikal melakukan kekerasan dengan mengatasnamakan agama.

"Islam itu adalah agama yang membawa rahmat bagi sekalian alam, agama yang membawa kesejukan membawa, kedamaian dan sikap toleran menghargai sesama umat manusia, jadi bukan agama yang mengajarkan kekerasan, ketakutan kecemasan yang meresahkan yang harus dilawan,"katanya.

Ia mengatakan, radikalisme berujung kekerasan dengan mengatasnamakan agama, harus ditangkal, kekuatan seperti itu harus dilemahkan dengan berbagai cara memperkokoh ketahanan generasi muda yang mudah terpengaruh, dengan melalui pendidikan agama yang baik.
(T.KR-MFH/M027)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2011