Bandar Sri Begawan (ANTARA News) - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengharapkan neraca perdagangan antara Indonesia dan Brunei Darussalam dapat seimbang karena pada tahun 2005 total perdagangan kedua negara mencapai 912 juta dolar AS, sedangkan ekspor Indonesia tidak lebih dari 25 juta dolar AS. "Ada ketidakseimbangan yang tajam dalam neraca perdagangan kedua negara, " kata Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kepada wartawan di Istana Edinburgh, Bandar Seri Begawan, Selasa. Dengan demikian jumlah impor Indonesia dari Brunei mencapai sekitar 887 juta dolar AS. Presiden mengatakan sebagian besar impor Indonesia dari Brunei adalah komoditas minyak dan gas. "Perdagangan kedua negara perlu ditata lagi agar terjadi keseimbangan," katanya. Pada pertemuan dengan Sultan Brunei Hasanah, presiden antara lain mengatakan meminta Brunei untuk membeli pesawat CN 235 dari PT Dirgantara Indonesia dengan tujuan antara lain untuk menyeimbangkan neraca perdagangan. Lebih lanjut presiden mengatakan bahwa Brunei pernah memesan empat pesawat tersebut namun baru diserahkan satu pesawat. Presiden mengharapkan pemebelian tiga pesawat bisa dilanjutkan kembali apalagi saat ini kinerja PT DI sudah meningkat selain itu presiden juga mengharapkan kerja sama industri militer terutama pembelian peralatan dari PT Pindad. Dengan kerjasama tersebut diharapkan produksi Pindad meningkat dan dapat di jual ke Brunei. Dalam kunjungan ke Brunei presiden antara lain juga bertemu dengan pengusaha setempat. Dalam pertemuan tersebut presiden didampingi Menko Perekonomian Boediono. Boediono menjelaskan investasi di Indonesia, pemerintah mengharapkan pengusaha mau menanamkan investasinya seperti di sektor pembangunan jalan tol, listrik, rel kereta api, pipa gas dan air bersih. Dalam pembicaraan presiden meminta pertemuan keduanya dilanjutkan oleh pertemuan dan tingkat menteri atau para pengusaha swata kedua negara, sehingga akhir pembicaraan dapat direalisasikan. Presiden juga meminta dalam pembangunan pelabuhan Muara Besar oleh pemerintah Brunei diharapakan juga menggunakan tenaga kerja asal Indonesia. Selain itu juga membeli barang-barang kebutuhan pelabuhan tersebut dari Indonesia. Hal itu kata presiden dapat meningkatkan ekspor ke Brunei sehingga memperkecil defisit neraca perdagangan Indonesia terhadap Brunei.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006