Baghdad (ANTARA News) - Serangan di Baghdad, termasuk bom mobil didekat sebuah mesjid, telah menewaskan sedikitnya 60 orang Selasa dan Presiden Amerika Serikat (AS) George W.Bush mengatakan kepada seluruh rakyat Irak yang mengkhawatirkan akan terjadinya perang saudara untuk memilih antara "kerusuhan atau persatuan". Mantan Presiden Irak, Saddam Hussein yang digulingkan oleh militer AS tahun 2003, kembali ke pengadilan setelah sepekan terjadinya kerusuhan yang berbalut kekerasan yang paling buruk semenjak invasi AS, dengan peristiwa tiga ledakan bom berturut-turut yang menewaskan 32 orang. Setelah petang sebuah bom mobil yang ditempatkan di depan mesjid di dekat sebuah pasar meledak dan menewaskan sedikitnya 23 orang. Sementara itu, Presiden Bush di Washington dalam menanggapi situasi kondisi di Irak yang dipenuhi dengan aksi kekerasan akhir-akhir ini dan banyak meminta korban, mengatakan kepada rakyat Irak yang dibayangi kecemasan dan ketakutan akan terjadinya perang saudara, bagi bangsa Irak "Pilihannya adalah bersatu atau kerusuhan". Rabu pekan lalu sebuah bom meledak dan menghancurkan sebuah mesjid besar bagi kaum Syiah dan hal itu menyebabkan semakin hebatnya perpecahan diantara bangsa Irak yang terdiri dari beberapa kelompok dan hal itu dikhawatirkan dapat berakibat penundaan beberapa bulan pembentukan pemerintahan gabungan baik dari kelompok Syiah maupun Sunni. Kekhawatiran akan pecahnya perang saudara terjadi saat sekelompok orang dari kaum Syiah menyerang kelompok lainnya dari kaum Sunni yang merupakan kaum Saddam Hussein, yang menjadi sasaran target aksi militer AS semenjak invasi ke Irak dan pertentangan kedua kelompok kaum tersebut semakin dipertajam oleh kelompok tertentu yang ingin mengambil keuntungan politis. Seorang kepala dinas intelijen militer AS mengatakan situasi di negri Irak "sangat tegang" namun perang saudara belum terjadi". "Saya melihat situasi yang amat tegang namun saya yakin tidak akan terjadi perang saudara kali ini," kata kepala dinas rahasia Angkatan Bersenjata ," Letnan Jendral Michel Maples mengatakan di hadapan sidang komite Senat, sebagaimana dilansir Reuters. Bush juga menyangkal Irak sedang menuju perang saudara ditengah-tengah jajak pendapat rakyat AS yang menunjukkan dukungan yang paling rendah untuk kebijakan Bush dan tingginya keinginan rakyat AS agar pasukan mereka segera ditarik kembali selambatnya hingga tahun depan. Popularitas Bush jatuh melorot dalam survei dimana kelompok responden menjadikan salah satu syarat dapat berdirinya pemerintahan Irak yang non-sektarian adalah dengan menarik mundur 136 ribu tentara AS. Hingga saat ini tentara AS yang dipersenjatai lengkap mendampingi pasukan Irak yang dilatih untuk menyerang kelompok sektarian. Pengadilan Saddam Saddam Hussein yang tampak kurus dan lelah setelah menjalani aksi mogok makan kembali maju ke meja sidang untuk mendengarkan tim jaksa penuntutnya menghadirkan sejumlah bukti yang salah satunya adalah surat perintah yang dibuatnya untuk membunuh 148 orang dari kelompok Syi`ah yang ditanda-tanganinya pada tahun 1984. Saddam mengatakan kebijakannya yang terkadang keras semata-mata untuk menghindari Irak dari perpecahan. Mantan Presiden itu juga mempertanyakan keaslian dari dokumen-dokumen yang dijadikan bukti bagi tuntutan hukum terhadapnya. Beberapa jam sebelum sidang dimulai kembali setelah ditunda selama dua pekan, sebuah bom meledak dipemakaman ayah Saddam, di Tikrit. Para pengacara pembela Saddam melakukan aksi "keluar ruang sidang" karena para jaksa penuntut yang berasal dari kelompok Kurdi menolak sidang ditunda. Mereka (anggota tim pembela Saddam) mengatakan sidang itu telah direka-yasa oleh pemerintah yang terdiri dari kelompok Kurdi dan Syiah yang didukung pemerintah AS. Kantor Perdana menteri Irak, secara resmi mengumumkan jumlah total korban jiwa selama enam hari kerusuhan sebanyak 379 orang namun kamar jenazah di kota Bahgdad mengatakan pihaknya saja telah menerima 309 jenazah. Banyak pihak yang mencari anggota keluarganya yang hilang dan diduga meninggal dalam aksi kekerasan menemui kesia-siaan dan hal itu menandakan jumlah mereka yang meninggal jauh melebihi angka yang dikeluarkan pemerintah. "Masih terngiang di telinga saya ia (keluarga yang diduga kuat meninggal) berteriak "saya takut, tolong"," kata Ahmed Ismail yang kehilangan saudara laki-lakinya tiga hari lalu pada saat terjadi kerusuhan. Seruan Bush Bush dalam percakapannya melalui telepon dengan sejumlah tokoh pemimpin Irak, ia mendesak agar para pemimpin Irak tersebut segera mengadakan pertemuan darurat dan mengatakan semua pihak memahami keseriusan keadaan di Irak karena itu mereka harus segera memilih ingin bersatu dan membentuk pemerintahan gabungan atau tetap rusuh dan mengalami perang saudara. Kelompok minoritas Sunni mengatakan pihaknya belum siap untuk mengakhiri boikot terhadap pertemuan yang diprakarsai AS sebagai protes atas segala kekerasan yang ditujukan terhadap kelompok Sunni termasuk penghancuran sejumlah mesjid. Mowaffaq al-Rubaie seorang pejabat Dewan Keamanan Irak yang berasal dari kelompok Syi`ah mengakui aksi kekerasan telah membuat upaya untuk pembentukan pemerintahan gabungan tertunda mengatakan " Kita cukup beruntung apabila penundaan itu tertunda dua bulan." Salah satu bukti adanya ketegangan didalam jajaran pemerintahan Irak yang ada sekarang ini adalah kritikan pedas dari pemimpin kelompok Kurdi, Jalal Talabani terhadap Perdana Menteri Ibrahim Jaafari dari kelomp[ok Syi`ah atas kunjungannya ke Turki sementara Jaafari saat ini menurutnya hanya seorang pejabat perdana menteri. Dan sejumlah pejabat pemerintah juga mengeritik kinerja kabinet yang tak dapat mencegah atau meredam aksi kekerasan selama enam hari berturut pekan lalu di Samarra. Sejumlah pejabat pemerintah menuduh kelompok Sunnilah yang melakukan kerusuhan karena menginginkan terjadinya perang saudara. Dua orang tentara Inggris terbunuh di wilayah Syi`ah, Irak bagian selatan dan seorang tentara AS juga mengalami nasib yang sama. Lima orang tentara Irak tewas saat bom mneledak mengenai kendaraan mereka ketika sedang melakukan inspeksi. Aktifitas di kota Baghdad terasa lengang dan sepi, sebagian besar memilih untuk diam dirumah karena takut akan terjadi kerusuhan susulan. (*)

Copyright © ANTARA 2006