New York (ANTARA News) - Indonesia mendukung Undang Undang atau pun peraturan-peratuan yang berpihak pada kaum perempuan, baik di tingkat nasional maupun internasional. "Undang-Undang tersebut sangat penting untuk meningkatkan harkat dan martabat kaum peremupun, serta melindungi mereka dari kekerasan," kata Menteri Negera Pemberdayaan Perempuan RI Meutia Hatta Swasono di New York, Selasa. Ditemui di sela-sela sidang "Commission on Status of Women" ke-50 di Markas PBB, Meutia mengatakan, perhatian pemerintah Indonesia cukup besar terhadap landasan-landasan hukum yang diperlukan untuk kepentingan perempuan. "Misalnya saat ini kita terus mendorong disahkannya Undang Undang Anti Pornografi dan Pornoaksi serta Undang-Undang Anti Trafficking yang di dalamnya ada kepentingan untuk melindungi kelompok anak-anak dan kaum perempuan," katanya. Dalam sidang PBB yang diikuti pejabat tingkat menteri dan LSM-LSM yang bergerak untuk kepentingan kaum perempuan tersebut, Meutia Hatta juga melaporkan sejumlah langkah yang telah diambil Indonesia, terutama dalam mengimplementasikan hasil konferesni dunia di Beijing tahun 1995 lalu. Di antaranya Indonesia kini sudah memiliki UU Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga. "Kami juga mencoba mensosialissikan UU itu di sidang PBB ini karena belum banyak negara yang meliki UU seperti itu," katanya. Adanya UU Anti Kekerasan Dalam Rumah Tangga tersebut merupakan upaya memberi perlindungan bagi kaum perempuan dan anak-anak hingga dalam urusan domestik suatu keluarga. Meskipun demikian masih ada beberapa target yang masih belum dicapai oleh Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan. Di antaranya masalah yang menyangkut kasus HIV/AIDS, tingkat buta huruf di kalangan perempuan yang masih tinggi dan jumlah perempuan di percaturan politik (DPR dan DPD). Dalam kesempatan mengikuti sidang di PBB terebut, Meutia Hatta juga mengadakan pertemuan bilateral dengan ketua delegasi negara lain. Di antaranya dengan Wakil Ketua Komite Nasional Urusan Wanita dan Anak-Anak Dewan Negara Cina Zhao Shohua. "Kami bertukar pengalaman mengenai upaya mendorong peran perempuan dalam perekonomian," katanya. Misalnya yang perlu dicontoh adalah peran kaum perempuan di Cina dalam mempopulerkan briket batu bara sebagai energi alternatif untuk keperluan memasak.(*)

Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2006