Jakarta (ANTARA News) - Setiap orang sewaktu kecil hingga beranjak dewasa selalu memiliki cita-cita, demikian pula dengan Ibu Negara Ani Yudhoyono.

"Kalau ditanya cita-cita sejak kecil, tentu berubah-ubah. Ketika melihat pramugari ingin menjadi pramugari, ketika melihat guru, ingin menjadi guru, demikian berubah-ubah," kata Ani Yudhoyono saat menerima kunjungan 140 siswa SMU Taruna Nusantara angkatan 22 di Istana Negara, Jakarta, Kamis siang.

Cita-citanya mulai dipikirkan secara matang saat beranjak dewasa memasuki sekolah menengah atas.

"Ibu (saya-red), inginnya menjadi dokter. Namun banyak hal yang menyebabkan cita-cita tidak tercapai, saat zaman itu tidak semudah zaman sekarang untuk raih cita-cita. Ibu sudah masuk fakultas kedokteran Universitas Kristen Indonesia dan masuk tahun ketiga," kata Ani.

Saat memasuki tahun ketiga, Ani menceritakan ayahnya, Sarwo Edhie Wibowo ditunjuk menjadi Duta Besar RI untuk Korea Selatan.

"Ayah mengatakan ayo ikut ke Korsel, lanjutkan sekolah di sana. Begitu sampai di sana ternyata berbahasa Korea, Ibu (saya-red) merasa tidak sanggup karena harus menggunakan bahasa Korea padahal mempelajari bahasa Korea memerlukan waktu setidaknya satu tahun. Disitu akhirnya cita-cita tidak bisa dilanjutkan," katanya.

Ketika kembali ke tanah air, kata Ani, pemuda Susilo Bambang Yudhoyono meminangnya, sehingga akhirnya mereka menikah.

Namun, Ani mengingatkan bahwa cita-cita sebaiknya jangan hanya satu, karena bila salah satu cita-cita tidak terwujud masih memiliki cita-cita yang lain.

"Ketika ibu sudah menjadi istri seorang anggota militer, sering berpindah tugas sehingga untuk bersekolah di satu tempat menyulitkan. Ibu mencari jalan dan akhirnya berkuliah di Universitas Terbuka," kata Ani.

Dari cerita itu, Ani kemudian mengajak agar setiap siswa hendaknya memiliki cita-cita dan mau bekerja keras untuk mewujudkan cita-citanya.
(P008)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2011